ASEAN Kompak Hadapi Kebijakan Trump

Donald Trump-foto net-

Namun tantangan tetap membayangi kawasan. Thailand, sebagai pusat produksi otomotif ASEAN, terpukul keras karena lemahnya permintaan domestik dan serbuan mobil listrik dari Tiongkok.

Di sisi lain, Jepang dan Korea Selatan tetap harus menanggung tarif 25% untuk mobil dan suku cadang yang menjadi andalan ekspor mereka.

Tekanan terhadap inflasi di Asia justru mereda. Kelebihan pasokan dari Tiongkok menekan harga global, terutama di sektor energi bersih, tekstil, dan mebel—yang secara tak langsung turut menurunkan laju inflasi di banyak negara Asia.

Meski peluang untuk membalas tarif sangat kecil, beberapa negara seperti Vietnam masih menjajaki opsi negosiasi.

Konsesi tambahan seperti menurunkan tarif impor mobil dan produk pertanian dari AS disebut sebagai jalan untuk meringankan tekanan.

Dengan dinamika perdagangan global yang makin tak menentu, negara-negara seperti Vietnam dan Thailand kini harus bergerak cepat menyusun strategi baru. Jika tidak, badai tarif Trump bisa menjelma menjadi krisis ekonomi yang lebih dalam bagi kawasan.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie akhirnya buka suara dalam menanggapi kebijakan tarif dagang tambahan sebesar 32 persen terhadap produk impor Amerika Serikat (AS) yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Menurut Anindya, negosiasi antara Indonesia dengan AS adalah sesuatu yang diperlukan dalam kondisi ini, terutama jika mempertimbangkan posisi geopolitik dan geoekonomi Indonesia.

“Saya melihat pernyataan Presiden Trump merupakan opening statement. Artinya pintu negosiasi masih terbuka,” ujar Anindya kepada Disway.id, pada Jumat 4 April 2025.

Selain itu, Anindya menambahkan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan pimpinan negara nonblok juga tentu menjadi pertimbangan Trump.

“Posisi Indonesia sangat strategis di Kawasan Pasifik. Selain bagian dari kekuatan ekonomi ASEAN, Indonesia adalah anggota APEC yang strategis,” tutur Anindya.

Dalam hal ini, Anindya juga menyatakan dukungannya terhadap keputusan pemerintah Indonesia, untuk mempersiapkan berbagai langkah strategis menghadapi penerapan tarif resiprokal AS dan melakukan negosiasi dengan Pemerintah AS.

Menurutnya, komunikasi yang intens dengan Pemerintah AS di berbagai tingkatan, termasuk mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Washington DC untuk melakukan negosiasi langsung dengan Pemerintah AS adalah langkah yang tepat.

“Kadin menilai penting kerja sama Indonesia dengan negara anggota ASEAN untuk memperjuangkan kepentingan yang sama. Kadin mengapresiasi langkah pemerintah yang telah berkomunikasi dengan Malaysia selaku pemegang Keketuaan ASEAN untuk mengambil langkah bersama,” tutur Anindya.

Sementara itu, saat ini terdapat sepuluh negara anggota ASEAN yang terancam terdampak pengenaan tarif AS. 

Tag
Share