Awalnya Takut, Kini Dita Hastuti Rawat 20 Ekor Kucing

FOTO DOK PRIBADI SAYANG: Dita Hastuti bermain bersama kucing kesayangannya. --

DI sebuah rumah sederhana, Dita Hastuti menjalani hari-harinya dengan penuh kehangatan bersama lebih dari 20 ekor kucing. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, perempuan yang awalnya takut dicakar ini saat ini menjadi ibu bagi puluhan kucing domestik yang silih berganti datang ke rumahnya.

”Saya dulu takut dicakar, sekarang malah nggak bisa hidup tanpa mereka,” ungkap Dita ketika ditanya Jawa Pos tentang peliharaan kucingnya. Kecintaannya pada kucing berawal dari kejadian lima tahun lalu. Ceritanya, ada seekor kucing hamil besar tiba-tiba muncul di depan pintu rumahnya. Tanpa berpikir panjang, Dita lalu membiarkan kucing itu masuk ke dalam rumah. Dita lalu menyediakan kardus bekas sebagai tempat kucing itu bersalin. Tidak lama, enam ekor anak kucing lahir di rumahnya. Enam anak kucing tersebut kemudian terus berkembang biak hingga jumlahnya lebih dari 50 ekor dalam kurun waktu beberapa tahun.

”Beberapa ada yang meninggal karena virus panleukopenia atau hilang entah ke mana. Sekarang yang tersisa ada sekitar 20-an ekor,” ujarnya. Di antara kucing-kucing yang dirawatnya, ada yang istimewa. Seperti Celo, seekor kucing munchkin berkaki pendek yang sangat lucu dan penurut. Sayang, Celo sudah tiada karena tertabrak mobil. ”Sedih banget, dia itu kalem dan bogel,” kenangnya.

Baginya, merawat kucing bukan hanya sekadar memberi makan. Dita pun mengenal satu per satu karakter mereka. Bahkan mengajak berbicara dengan mereka seperti anak sendiri. ”Kalau ada yang berantem di dalam rumah, saya tegur. Saya bilang, kalau berantem, bunda nggak kasih makan. Nanti tidur di luar sama kucing garong!” katanya, kemudian tertawa.

Saat ini, Dita mengasuh 14 kucing di dalam rumah. Dan, enam ekor lainnya di luar rumah. Beberapa kucingnya di antaranya adalah Caca (3), Cila (2), Ciput (2 ), Cimi (1), hingga empat kitten kecil yang baru berusia satu bulan dan yang belum diberi nama. Dita pun sudah terbiasa menangani proses kelahiran kucing. ”Awalnya ngeri pas harus gunting tali pusarnya. Tapi lama-lama terbiasa, sekarang sudah nggak takut lagi,” katanya.

Merawat banyak kucing tentu bukan hal mudah. Kesedihan terbesar adalah ketika ada yang sakit atau menghilang. ”Dua kucing saya hilang dan nggak pernah kembali lagi. Kepikiran mereka makan dan tidur di mana,” ucapnya. Karena itu, saat menemukan kucing terlantar di jalan, Dita langsung mengambilnya. ”Setiap lihat kucing di jalan, rasanya sedih banget. Bisa-bisa nangis sendiri kalau ingat nasib mereka,” ujarnya.

Ketika sakit, Dita membawa kucingnya ke klinik hewan. Atau, merawat sendiri dengan vitamin dan obat-obatan yang selalu ia sediakan di rumah. ”Ada yang gampang minum obat, ada juga yang susah banget. Tapi tetap harus diusahakan,” tuturnya.

Meski ada duka, Dita juga merasakan sukanya. Kucing tersebut menjadi sumber kebahagiaan. ”Pulang kerja, lihat tingkah mereka yang lucu, capek langsung hilang. Mereka juga jadi penyemangat buat cari cuan yang banyak,” katanya. Rumah Dita selalu ramai dengan suara kucing. Mereka menemaninya di berbagai aktivitas di rumah. ”Kalau saya salat, mereka suka rebahan di sajadah, ikut-ikutan gitu,” ucapnya. (idr/ai/jpc/nca)

Tag
Share