Ramadan Cari Ketenangan, Bukan Kesenangan

--FOTO ISTIMEWA

Melatih diri mengendalikan nafsu melalui bulan Ramadan itu menjadi tantangan sebagaimana orang berpuasa ia tunduk dengan keyakinan atas imannya atau ia tunduk dengan nafsunya. Hal demikian menggambarkan orang berpuasa ada tiga tingkatan.

 

Pertama, puasa awam. Puasa hanya menahan dari makan dan minum serta dari yang membatalkan puasa mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. 

 

Kedua, puasa khusus. Selain menjalankan yang pertama, ia mampu mengendalikan makan saat berbuka tidak secara berlebihan dan mampu istikamah ibadah lainnya. 

 

Ketiga, puasa khususil khusus. Selain menjalankan tingkatan puasa pertama dan kedua dengan baik, ia juga mengerjakannya dengan akumulasi amal kuantitatif dengan kualitatif hingga mampu membentengi hati dan pikirannya atau badannya. 

 

Sedangkan ada model manusia di bulan Ramadan justru mengikuti hawa nafsunya, hanya ingin senang senang. Ia sahur, ia membatalkannya, makan di siangnya, dan tidak peduli dosa.

 

Bahkan tidak peduli sekitarnya. Ia berbuka, tapi hanya tipu daya seolah ia berpuasa bahkan pada puncaknya ia sengaja terang-terangan menentang yang berpuasa. Semoga Allah melindungi kita.

 

Esensi kehidupan di bulan Ramadan bagi siapa yang mencari ketenangan bukan kesenangan tergambar pada seseorang yang puasa dengan keyakinan dan keimanan serta keikhlasannya bukan dengan nafsunya. 

 

Berpuasa dengan penuh kesungguhan, perenungan mendalam mengkaji diri, lingkungan sosial, memaknai hakikat, makrifat, dan tarekatnya sampai ia merasakan bahwa Allah adalah tujuan utamanya. 

Tag
Share