Anak Indonesia Harus Sehat dan Pintar
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunawan Sadikin mengatakan anak-anak Indonesia harus sehat dan pintar untuk kemajuan bangsa dengan mendapatkan bonus demografi.
’’Rata-rata pendapatan rakyat Indonesia harus Rp15 juta (per bulan) untuk bisa masuk negara maju. Untuk mencapai itu, rumusnya ada dua, anak-anak Indonesia mesti sehat dan pintar,” ujar Budi dalam peluncuran perangkat ajar kesehatan yang diikuti dalam jaringan di Jakarta pada Senin (04/12) dikutip Antara.
Budi mengatakan bahwa anak – anak ini akan menentukan masa depan Indonesia. Hal ini sesuai dengan cita-cita Presiden Jokowi untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
“Dalam sejarah bangsa-bangsa di seluruh dunia, ada waktu tertentu dimana mereka bisa menjadi negara maju, ini terjadi saat puncak bonus demografi, karena pada saat itulah banyak orang dengan populasi usia produktif. Kalau ini terlewati, Indonesia kecil kemungkinannya bisa masuk jadi negara maju,” ujar Budi Gunawan.
Budi mengungkapkan bahwa jika ingin negara yang tidak terjebak dalam pendapatan yang sedikit dan ingin mendapatkan Rp 15 juta per bulan, maka anak–anak ini harus diberi pengetahuan mengenai hidup sehat sejak kecil.
“Kalau saya bilang ke Mas Nadiem (Mendikbudristek), sehat dulu baru pintar, karena kalau enggak sehat, misalnya stunting, jadi enggak pintar. Kalau dia pintar tapi enggak sehat, berbaring di rumah sakit, ya enggak ada gunanya juga,” ucapnya.
Dia juga mengatakan untuk mencapai kesempatan bonus demografi ini dengan adanya campur tangan pada bidang kesehatan dan pendidikan. Hal ini dilakukan untuk tujuh tahun mendatang. Bonus demografi Indonesia ini mencapai puncak pada 2030.
“Kalau dalam tujuh tahun lagi negara kita tidak bisa mencapai itu, kita bisa terjebak selamanya menjadi negara berkembang. Untuk itu, Intervensi yang paling benar adalah menjaga agar tetap sehat, bukan mengobati orang sakit,” katanya.
Budi menyatakan bahwa program-program dari pemerintah ini guna mendukung para masyarakat lebih sehat yang perlu untuk diarahkan ke promotif dan preventif.
“Menjaga orang sehat itu ada dua, satu, orangnya mesti tahu dan dididik bagaimana hidup sehat (promotif), kedua, dia mesti berperilaku, bertindak, dan hidup dengan gaya sehat (preventif),” kata Budi.
Budi menekankan pendidikan mengenai kesehatan dengan melakukan kolaborasi dengan Kemendikbudristek dan Kemenag. Kolaborasi ini guna mendukung para anak-anak sehat menuju Indonesia Emas 2045.
“Sehat itu mesti diajari bagaimana lingkungannya sehat, sanitasinya bagus, ini yang pertama. Kedua, makanan juga harus sehat, minum susu, jangan susu kental manis, jangan kebanyakan gula, jangan lemak-lemak. Ketiga adalah perilaku, olahraga, bagaimana menjaga agar tidak obesitas (kegemukan),” ungkapnya.
Menkes mengapresiasi Menag Yaqut Cholil Qoumas dan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang sudah memberikan kesempatan untuk berkolaborasi mengenai pendidikan kesehatan kepada para siswa.
“Saya berharap, kalau anak-anak kita tadi sudah mengetahui bagaimana menjaga agar tetap hidup sehat, mereka akan jauh lebih produktif. Kalau mereka produktif, di tahun 2030 mereka bisa mendorong rata-rata pendapatan per kapita di atas Rp15 juta per tahun,” ungkap Budi.
Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan dukungan kepada Menkes yang meluncurkan pendidikan mengenai kesehatan lingkungan di pendidikan.
“Kemenag selain mengemban untuk tugas-tugas keagamaan, juga tugas-tugas pendidikan. Bahan ajar ini penting karena anak-anak kita harus menjadi generasi yang bisa diandalkan dan bisa memanfaatkan bonus demografi yang sebentar lagi akan Indonesia dapatkan,” ujar Yaqut Cholil Qoumas. (jpc/c1/ful)