Refleksi Pilkada 2024: Masa Depan Politik Lampung Kini dan Nanti
-Tangkapan Layar -
Partisipasi Pemilih dan Petahana Tumbang Jadi Sorotan
BANDAR LAMPUNG, RADAR LAMPUNG – Tahun 2024 segera berakhir, dan Indonesia telah melewati dua momen besar dalam politik, yaitu Pemilihan Legislatif, Pemilihan Presiden, serta Pemilihan Kepala Daerah Serentak.
Peristiwa politik sepanjang tahun ini mengundang banyak perhatian, mulai dari yang menghebohkan hingga yang biasa-biasa saja.
Kini, perhatian beralih kepada pemimpin daerah yang terpilih serta mereka yang masih menunggu keputusan final di Mahkamah Konstitusi, termasuk dalam Pilkada di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
Akademisi Universitas Lampung, Roby Cahyadi, menilai bahwa masyarakat Indonesia telah membuat pilihannya, dengan Prabowo dan Gibran terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
"Saat ini, mungkin Pak Prabowo sedang mulai menjalankan janji-janji politiknya. Salah satunya yang paling dekat adalah makan bergizi gratis dan menarik investor asing," ujarnya dalam talkshow di Radar Lampung TV, Selasa (31/12).
Roby berharap ada perubahan signifikan dalam pembangunan Indonesia setelah terpilihnya Presiden Prabowo. "Mudah-mudahan, kita dapat melihat perubahan yang nyata pada sektor pembangunan. Kita masih menunggu kebijakan pembangunan dari Pak Prabowo," lanjutnya.
Berbicara mengenai Pilkada 2024 di Lampung, Roby mencatat bahwa di beberapa daerah, hanya terdapat dua kandidat, bahkan ada yang menghadapi kotak kosong. Meski demikian, di beberapa daerah lain terdapat lebih dari dua kandidat.
BACA JUGA:Petahana dan Eks Petahana Banyak Rontok
"Namun, saya mencatat partisipasi politik kandidat dalam Pilkada ini tidak terlalu banyak. Partisipasi pemilih juga turun drastis," tambahnya.
Ia mengungkapkan, menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU), angka partisipasi pemilih seharusnya mencapai 77,5%, namun di Indonesia, khususnya di Lampung, angka partisipasi rata-rata hanya sekitar 60%.
"Tidak ada yang mencapai angka target yang ditetapkan KPU, ini menjadi pertanyaan besar mengapa masyarakat tidak antusias datang ke TPS," ungkapnya.
Roby menduga, penyebab rendahnya partisipasi pemilih bisa beragam. Masyarakat mungkin lebih memilih liburan pada hari libur, atau mereka merasa kandidat yang diajukan oleh partai politik tidak sesuai dengan harapan.