Refleksi Pilkada 2024: Masa Depan Politik Lampung Kini dan Nanti

Reporter: Jeni Pratika Surya |

Editor: Agung Budiarto |

Selasa , 31 Dec 2024 - 19:41

-Tangkapan Layar -

"Mungkin ada yang berpikir, 'siapapun yang terpilih, tidak ada hubungannya dengan kehidupan saya'," ujarnya. Ini, menurut Roby, harus ditelaah lebih lanjut karena bisa jadi hal ini mencerminkan ketidakpuasan atau ketidakpercayaan masyarakat terhadap proses politik yang ada.

Sementara itu, CEO Disway.id, H. Ardiansyah, SH., menilai bahwa rendahnya partisipasi pemilih justru menunjukkan kesadaran politik masyarakat yang semakin tinggi.

"Dulu, partisipasi tinggi bisa saja karena faktor pragmatis, seperti adanya mobilisasi pemilih dengan iming-iming tertentu. Namun sekarang, orang memilih ke TPS bukan karena dorongan, tetapi lebih karena kesadaran," ucapnya.

Ardiansyah juga mencatat bahwa permainan elit politik dalam Pilkada 2024 tidak segencar sebelumnya.

"Ini salah satu faktor yang perlu dikaji lebih dalam. Mungkin juga masyarakat sudah merasa pasrah, berpikir bahwa siapa pun yang terpilih, tidak akan banyak berpengaruh," ujarnya.

Ia menambahkan, fenomena lain yang perlu dicermati adalah masyarakat yang sudah bisa menebak siapa pemenang sebelum hari pencoblosan.

"Fenomena ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat menurun tajam," katanya. Hal ini, menurut Ardiansyah, juga mencerminkan adanya ketidakpercayaan terhadap proses demokrasi yang terjadi.

Ardiansyah juga menyoroti masalah logistik pemilu, seperti banyaknya surat suara yang tidak sampai ke TPS.

"Apakah ini masalah sistem atau ada pihak yang memanfaatkan sistem yang buruk untuk kepentingan calon tertentu? Ini perlu dicermati lebih lanjut oleh elit politik," tegasnya.

Kesimpulannya, meskipun Pilkada 2024 menunjukkan rendahnya partisipasi pemilih, hal ini mencerminkan sejumlah isu dalam politik dan demokrasi Indonesia yang perlu diatasi.

Baik dari segi kepercayaan masyarakat, kualitas kandidat, hingga sistem pemilu yang ada. Pemerintah dan partai politik harus menanggapi dengan serius fenomena ini agar demokrasi Indonesia tetap berjalan sehat dan partisipasi masyarakat dapat meningkat di masa mendatang.

refleksi pilkada 2024: masa depan politik lampung kini dan nanti                             
partisipasi pemilih dan petahana tumbang jadi sorotan
bandar lampung, radar lampung – tahun 2024 segera berakhir, dan indonesia telah melewati dua momen besar dalam politik, yaitu pemilihan legislatif, pemilihan presiden, serta pemilihan kepala daerah serentak.
peristiwa politik sepanjang tahun ini mengundang banyak perhatian, mulai dari yang menghebohkan hingga yang biasa-biasa saja.
kini, perhatian beralih kepada pemimpin daerah yang terpilih serta mereka yang masih menunggu keputusan final di mahkamah konstitusi, termasuk dalam pilkada di kabupaten/kota di provinsi lampung.
akademisi universitas lampung, roby cahyadi, menilai bahwa masyarakat indonesia telah membuat pilihannya, dengan prabowo dan gibran terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
baca juga:sosialisasi minim hingga kejenuhan masyarakat, dpr ri nilai jadi faktor sebabkan anjloknya partisipasi 
"saat ini, mungkin pak prabowo sedang mulai menjalankan janji-janji politiknya. salah satunya yang paling dekat adalah makan bergizi gratis dan menarik investor asing," ujarnya dalam talkshow di radar lampung tv, selasa (31/12).
roby berharap ada perubahan signifikan dalam pembangunan indonesia setelah terpilihnya presiden prabowo. "mudah-mudahan, kita dapat melihat perubahan yang nyata pada sektor pembangunan. kita masih menunggu kebijakan pembangunan dari pak prabowo," lanjutnya.
berbicara mengenai pilkada 2024 di lampung, roby mencatat bahwa di beberapa daerah, hanya terdapat dua kandidat, bahkan ada yang menghadapi kotak kosong. meski demikian, di beberapa daerah lain terdapat lebih dari dua kandidat.
baca juga:petahana dan eks petahana banyak rontok
"namun, saya mencatat partisipasi politik kandidat dalam pilkada ini tidak terlalu banyak. partisipasi pemilih juga turun drastis," tambahnya.
ia mengungkapkan, menurut data komisi pemilihan umum (kpu), angka partisipasi pemilih seharusnya mencapai 77,5%, namun di indonesia, khususnya di lampung, angka partisipasi rata-rata hanya sekitar 60%.
"tidak ada yang mencapai angka target yang ditetapkan kpu, ini menjadi pertanyaan besar mengapa masyarakat tidak antusias datang ke tps," ungkapnya.
roby menduga, penyebab rendahnya partisipasi pemilih bisa beragam. masyarakat mungkin lebih memilih liburan pada hari libur, atau mereka merasa kandidat yang diajukan oleh partai politik tidak sesuai dengan harapan.
baca juga:peta elektoral pilbup lampung selatan 2024: petahana nanang-antoni 39,80%, penantang radityo – syaiful 50,80%
"mungkin ada yang berpikir, 'siapapun yang terpilih, tidak ada hubungannya dengan kehidupan saya'," ujarnya. ini, menurut roby, harus ditelaah lebih lanjut karena bisa jadi hal ini mencerminkan ketidakpuasan atau ketidakpercayaan masyarakat terhadap proses politik yang ada.
sementara itu, ceo disway.id, h. ardiansyah, sh., menilai bahwa rendahnya partisipasi pemilih justru menunjukkan kesadaran politik masyarakat yang semakin tinggi.
"dulu, partisipasi tinggi bisa saja karena faktor pragmatis, seperti adanya mobilisasi pemilih dengan iming-iming tertentu. namun sekarang, orang memilih ke tps bukan karena dorongan, tetapi lebih karena kesadaran," ucapnya.
ardiansyah juga mencatat bahwa permainan elit politik dalam pilkada 2024 tidak segencar sebelumnya.
"ini salah satu faktor yang perlu dikaji lebih dalam. mungkin juga masyarakat sudah merasa pasrah, berpikir bahwa siapa pun yang terpilih, tidak akan banyak berpengaruh," ujarnya.
ia menambahkan, fenomena lain yang perlu dicermati adalah masyarakat yang sudah bisa menebak siapa pemenang sebelum hari pencoblosan.
"fenomena ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat menurun tajam," katanya. hal ini, menurut ardiansyah, juga mencerminkan adanya ketidakpercayaan terhadap proses demokrasi yang terjadi.
ardiansyah juga menyoroti masalah logistik pemilu, seperti banyaknya surat suara yang tidak sampai ke tps.
"apakah ini masalah sistem atau ada pihak yang memanfaatkan sistem yang buruk untuk kepentingan calon tertentu? ini perlu dicermati lebih lanjut oleh elit politik," tegasnya.
kesimpulannya, meskipun pilkada 2024 menunjukkan rendahnya partisipasi pemilih, hal ini mencerminkan sejumlah isu dalam politik dan demokrasi indonesia yang perlu diatasi.
baik dari segi kepercayaan masyarakat, kualitas kandidat, hingga sistem pemilu yang ada. pemerintah dan partai politik harus menanggapi dengan serius fenomena ini agar demokrasi indonesia tetap berjalan sehat dan partisipasi masyarakat dapat meningkat di masa mendatang.