Volkswagen Batal PHK 35 Ribu Karyawan
Radar Lampung Baca Koran--
Hasil Negosiasi 70 Jam dengan Pekerja
JAKARTA - Raksasa otomotif Jerman, Volkswagen, menyetujui permintaan serikat pekerja untuk membatalkan wacana pemutusan hubungan kerja (PHK) 35.000 karyawan. Bahkan, para pekerja juga tidak akan dikenakan pemotongan upah.
Seperti dilansir dari Reuters, kesepakatan ini didapat setelah kedua belah pihak bernegosiasi selama 70 jam yang merupakan negosiasi terlama dalam 87 tahun sejarah perusahaan tersebut.
Hasilnya, perusahaan tak akan melakukan penutupan pabrik ataupun PHK dalam waktu dekat. Bahkan, Volkswagen tak akan melakukan pemotongan upah sebesar 10 persen.
Kesepakatan yang menghindari pemogokan yang mahal tersebut juga memberikan kelegaan bagi investor dan saham menjadi naik 2,4 persen. Saham Volkswagen sendiri telah turun 23 persen selama tahun ini.
BACA JUGA:Perkuat Eksistensi KDEKS Lampung!
VW mengungkapkan, kesepakatan tersebut akan memungkinkan penghematan sebesar 15 miliar euro (Rp252,8 triliun) per tahun dalam jangka menengah dan tak berdampak signifikan untuk tahun 2024.
Meskipun tak ada penutupan langsung, VW sedang mencari opsi untuk pabriknya di Dresden dan mengubah fungsi pabrik di Osnabrueck, termasuk mencari pembeli. Sebagian produksi pun akan dialihkan ke Meksiko.
Produksi kendaraan di pabrik Dresden akan ditutup pada akhir 2025. Staf VW tak akan mendapatkan kenaikan gaji berdasarkan perjanjian upah kolektif selama empat tahun ke depan, sementara sebagian bonus akan dihapuskan atau dikurangi.
“Tidak ada lokasi yang akan ditutup, tidak ada yang akan diberhentikan karena alasan operasional, dan perjanjian upah perusahaan kami akan dijamin untuk jangka panjang,” ungkap kepala dewan pekerja Daniela Cavallo.
BACA JUGA:Bawaslu Dorong Revisi UU Pemilu dan Pilkada untuk Perkuat Keterwakilan Perempuan
Terkait produksi pada pabrik terbesarnya di Wolfsburg, akan dikurangi dari empat jalur perakitan menjadi dua jalur.
Sebagai informasi, Volkswagen telah berunding dengan perwakilan serikat pekerja sejak September mengenai langkah-langkah yang dianggap perlu agar bisa bersaing dengan perusahaan otomotif asal Tiongkok yang menawarkan harga lebih murah.
Mereka juga membahas mengenai penanganan permintaan yang lesu di Eropa serta adopsi kendaraan listrik yang lebih lambat dari perkiraan.