Aroma Kesetaraan Gender Tiga Srikandi di Pilgub Jatim
ILUSTRASI aroma kesetaraan gender tiga Srikandi di Pilgub Jatim. Mereka adalah Tri Rismaharini, Khofifah Indar Parawansa, dan Luluk Nur Hamidah.-FOTO MAULANA PAMUJI GUSTI/HARIAN DISWAY -
Oleh: Sukarijanto*
DALAM perspektif ekonomi dan politik, isu emansipasi wanita merupakan topik yang masih cukup menarik dan relevan untuk dibahas. Baik di ranah akademik maupun tataran praktisi organisasi gerakan wanita.
Meski telah banyak kemajuan yang dicapai dalam bidang kesetaraan gender, tetap ada sejumlah tantangan dan masalah yang perlu diatasi untuk mencapai kesetaraan gender yang sebenarnya. Dalam konteks ekonomi dan politik, isu emansipasi wanita dapat dikaji dari berbagai paradigma.
Hadirnya tiga Srikandi kandidat gubernur Provinsi Jawa Timur (Jatim), yaitu Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, dan Luluk Nur Hamidah, pada kontestasi pada 27 November 2024 kian menguatkan kesan bahwa peran partisipasi wanita dalam ranah politik tidak bisa diabaikan.
BACA JUGA:DPRD Nilai Ruas Bandarlampung - Kota Agung Layak Dilebarkan
Secara eksplisit, pertarungan trio srikandi dalam pilgub Jatim itu menunjukkan keterwakilan perempuan sebagai pemimpin makin mendapatkan ruang di tengah masyarakat. Itu merupakan perkembangan positif pada aspek kesetaraan gender.
Jika mencermati indeks pembangunan gender (IPG) yang dirilis Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, Provinsi Jatim mencatat skor 92,15 persen, lebih tinggi daripada rata-rata nasional sebesar 91,85 persen.
Bahkan, IPG Jatim itu pun meningkat dari tahun sebelumnya 2022 yang bertengger di angka 92,08 persen, sementara rata-rata nasional di angka 91,63 persen. Tahun 2021 IPG Jatim pada 91,67 persen dan sedikit lebih rendah daripada rata-rata nasional di angka 91,99 persen.
Bagaimanapun, adanya tren peningkatan IPG secara tersirat merupakan refleksi terdapatnya penguatan partisipasi wanita Jatim sekaligus menunjukkan tercapainya kesetaraan antara pria dan wanita dalam berbagai sektor di Jatim. Makin tinggi indeks pembangunan gender akan berpengaruh pada makin berkembangnya aktivitas perempuan, termasuk di ranah politik.
Kontestasi tiga Srikandi Jatim menunjukkan wanita memiliki kesempatan setara untuk ikut dalam kontestasi jabatan publik selama memiliki kapasitas kepemimpinan yang memadai. Hal itu akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemimpin bergender wanita.
Menurut data dari BPS Jatim awal tahun 2023, sebanyak 39,70 persen pekerja wanita di perkotaan berstatus buruh/karyawan/pegawai.
Sebaliknya, pekerja perempuan di perdesaan didominasi pekerja keluarga/pekerja tak dibayar sebesar 36 persen. Meski demikian, dalam konteks ekonomi dan lapangan kerja, isu emansipasi wanita kerap kali terkait dengan kesenjangan ekonomi dan kesetaraan upah.
Di banyak negara berkembang, wanita masih mendapatkan upah yang lebih rendah daripada pria meski dalam bidang pekerjaan yang sama, peluang karier dan keterwakilan di tingkat senior masih tetap berbeda secara signifikan.
Di samping itu, wanita sering menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang sepadan dengan pendidikan dan keterampilan mereka. Hal itu memperparah ketidaksetaraan ekonomi antara pria dan wanita. Juga, dapat membatasi kemampuan wanita untuk mengambil peran yang lebih dominan dalam perekonomian.