Aroma Kesetaraan Gender Tiga Srikandi di Pilgub Jatim
ILUSTRASI aroma kesetaraan gender tiga Srikandi di Pilgub Jatim. Mereka adalah Tri Rismaharini, Khofifah Indar Parawansa, dan Luluk Nur Hamidah.-FOTO MAULANA PAMUJI GUSTI/HARIAN DISWAY -
Kedua, pandangan yang meragukan kemampuan kepemimpinan wanita dan beban ganda antara pekerjaan rumah tangga dan karier turut menjadikan batasan tersendiri bagi wanita untuk melangkah lebih jauh ke ruang-ruang publik.
Upaya untuk mengatasi hambatan itu adalah melakukan pembagian peran yang adil di dalam rumah tangga serta memperjuangkan kebijakan yang lebih pro pada kesetaraan gender. Misalnya, penyediaan fasilitas daycare yang lebih terjangkau.
Kendala ketiga, dunia politik kerap kali diasosiasikan sebagai ”dunia hitam” yang tidak jauh dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Oleh karena itu, masyarakat cenderung enggan ketika hendak menanamkan kepercayaan kepada gender perempuan. Stereotipe gender juga memperkuat kesenjangan dan menciptakan harapan tertentu bagi laki-laki dan perempuan.
Cara berpikir tradisional itu memengaruhi cara masyarakat menghargai kontribusi individu sehingga menciptakan kesenjangan dalam pengakuan peran dan prestasi yang berbeda. Konsekuensinya, ke depan relatif lebih sulit terbuka ruang bagi perempuan yang hendak mengembangkan peran pada tatanan sosial yang lebih luas.
Bagaimanapun, pelan tapi pasti, tampilnya trio Srikandi kandidat gubernur Jatim dalam kontestasi pilkada 27 November 2024 makin membuka wawasan dan harapan bagi publik negeri ini akan kian terbukanya kesempatan bagi kiprah perempuan di panggung politik yang selalu dinamis. (hariandisway/c1/yud)
*) Sukarijanto adalah pemerhati kebijakan publik dan peneliti di Institute of Global Research for Economics, Entrepreneurship & Leadership dan kandidat doktor di Program S-3 PSDM Universitas Airlangga.