Nana terbangun dari tidurnya dan sadar sedang bermimpi menjerit hingga membuat ibunya terbangun. Nana berpikir itu hanya sebuah mimpi buruk, tapi kenapa rasanya seperti nyata sekali?
"Ervan, baju itu persis seperti milik Ervan!" pekik Nana. Namun, tak mungkin baju itu hanya ada satu di dunia ini, pikir Nana. Pasti pabrik pembuatnya memproduksi hingga ratusan baju. Oleh karena itu, Nana segera menepiskan pikiran buruk tentang Ervan. Nana melanjutkan tidurnya dan berusaha untuk tenang serta berpikir bahwa semuanya baik-baik saja.
Tak terasa sudah pagi. Apa yang terjadi semalam hanya sebuah mimpi dan bukan pertanda apapun itu. Dia berpikir untuk menyapa Ervan. Nana akhirnya mengirimkan pesan untuk Ervan sekadar basa-basi seperti yang biasa dilakukan.
Nana : Van, semalam gimana, lancarkan? Ervan : Maaf, Na....
Nana : Kenapa minta maaf, Van? Maaf terus, capek dengernya, Van.
Ervan : Ini, saya kakaknya, Ervan sedang ada di rumah sakit. Dia mengalami kecelakaan.
Tidak mungkin, ini tidak mungkin! Kakaknya pasti berbohong, Nana yakin bahwa Ervan sedang bermain game dan bukan sedang berada di rumah sakit.
Nana : Kak, jangan bercanda. Semalam dia bilang mau ke tempat temannya, lalu sekarang dia ada di rumah sakit. Bohong ‘kan, Kak? Ervan jangan bohong, aku udah tau kamu bohong.