Hening, dunia Nana seolah berhenti setelah membaca chat itu. Bahkan, dia tidak tahu harus bertindak bagaimana? Haruskah menangis atau berpura-pura percaya? Bagaimana kalau itu benar terjadi?
"Bodoh, dasar Kakak bodoh! Kenapa dia bisa berkata kalau Ervan sudah tak ada?" Kakak macam apa dia? Nana terus mengumpat seperti orang gila, dia masih saja belum bisa
menerima kenyataan ini. Belum selesai mengumpati kakaknya itu, notifikasi kembali muncul dari nomor HP Ervan.
Ervan : Saya sedang mengurus semuanya.
Tangis Nana kali ini benar-benar pecah, air mata yang tadi sempat ia bendung kini mengalir seperti air hujan disertai suara isakan yang mendominasinya. Kini seseorang itu sudah pergi untuk selamanya. Tidak ada yang harus bisa melakukannya lagi, inilah takdir. Sama sekali tidak bisa diubah dan mau tidak mau kita sebagai makhluk-Nya harus bisa menerima kenyataannya serta berusaha untuk ikhlas. Hanya doa yang bisa Nana lakukan untuk sahabatnya itu.
Mungkin terlalu menyakitkan jika mengingat kembali kejadian itu, malam yang menjadi saksi dari sebuah perpisahan. Hingga aku tersadar bahwa hari ini tepat satu tahun Ervan pergi meninggalkan kita semua. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya lalu tersenyum menatap indahnya malam ini dan berkata "That nobody could take your place." Kini Nana berharap Ervan bisa mengetahui bahwa Ervan "irreplaceable" ‘tidak tergantikan’ baginya. Nana menyadari bahwa sosok Ervan tidak akan tergantikan oleh siapa pun.(*)