Kadang kala aku bertanya-tanya pada angin yang berhembus sejuk menerpa wajahku. Mengapa kehidupan ini sangat tidak adil? Semesta baru saja mengambil kebahagiaanku di saat aku berencana untuk menghabiskan waktu dan melihat cahaya bintang-bintang saat larut malam bersama denganmu.
Waktu kita yang indah, bersamamu mengajarkanku bagaimana mengapung di atas ombak. Aku berharap hari-hari kita tidak akan berakhir dan terus berputar seperti halnya jarum jam dan aku berharap kamu selalu tertawa seperti yang selalu kamu lakukan di saat kita sedang bersama.
Dia adalah Ervan, laki-laki yang dipercaya keluargaku untuk menjadi sahabat sekaligus menjadi seorang kakak bagiku karena umurnya yang lebih tua dariku. Dan aku adalah Nana, pemilik dari cerita ini.
BACA JUGA:Manusia Pilihan
Aku masih belum percaya dengan hari ini. Hari di mana yang menjadi perpisahan kita untuk selamanya. Kamu akan terus menjadi pemilik rumah ini, tak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisimu.
Aku akan membawamu kembali dan kita akan bertemu lagi, meski aku tahu itu hanya sebuah khayalan saja. Penyesalan dan kesedihan yang mengingatkanku pada kerinduan yang kurasakan siang dan malam. Masa-masa yang kita lalui itu akan tetap sama, berharap tak akan pernah pudar. Semesta yang mempertemukan kita dan semesta juga yang memisahkan kita.
Pagi itu adalah awal dari semuanya.
"Good morning Nana, ayo bangun! Nanti kalau sudah bangun jangan lupa mandi, ya! Kalau kamu nggak mandi nanti bau terus nggak ada yang mau temenan sama kamu." Itulah sapaan yang diberikan setiap pagi.
BACA JUGA:Perayaan Tahun Baru Islam: Sejarah, Filosofi, Makna, Peluang, dan Tantangan
"Morning too, kamu juga jangan lupa sarapan! Apalagi semalaman kamu nggak tidur dan asik main game sampe nggak kenal waktu!" jawabku.