Ervan : Saya nggak bohong, Dek. Ervan benar ada di rumah sakit. Dia sedang kritis dan dari semalam belum sadar.
Apa yang harus Nana percaya sekarang, apakah semesta sedang bercanda? Ervan pasti sedang bercanda, ‘kan? Apakah sahabat sekaligus kakaknya itu benar-benar akan pergi untuk selamanya? Lalu, muncul banyak sekali pertanyaan dalam otak Nana, belum lagi tentang mimpi yang dialami semalam.
Kritis! Ha ha ha, semesta pasti bercanda, ‘kan? Ini tidak mungkin apalagi jika Ervan benar-benar kritis karena dia bisa tahan untuk tidak tidur dan makan, jadi mana mungkin anak itu bisa kritis?
Terlalu lama Nana berpikir untuk memastikan itu sebuah kebenaran atau kebohongan yang Ervan rencanakan. Biasanya Ervan sering bercanda, apapun dilakukan Ervan untuk membuat Nana tertawa. Bagaimana mungkin kali ini dia berbohong? Apa mungkin kakaknya ikut berpartisipasi membohongi Nana? Sangat tidak mungkin. Akhirnya sebuah notifikasi pesan muncul di layar HP kembali menyadarkan lamunannya.
Ervan :Dek, Ervan sudah sadar.
“Dugaanku benar, pasti Ervan sedang berbohong, mana mungkin manusia yang sedang kritis tiba-tiba sadar. Sangat mustahil bukan?” gumama Nana.
Ervan : Dia tadi pesan sama kakak, sampein maaf dia ke kamu dan terima kasih untuk semuanya.
“Pasti dia berbohong, mana mungkin manusia yang sedang kritis bisa berkata seperti itu? Aneh bin ajaib!” gumam Nana lagi.