Nana tidak menjawab sama sekali pernyataan yang diberikan Ervan secara tegas itu. Bahkan, dia masih saja memikirkan bagaimana kalau yang Ervan ucapkan tadi benar-benar menjadi nyata. Untuk saat ini, Nana belum siap, dia benar-benar belum siap.
Akhirnya Nana mengalihkan topik untuk menghindari pembahasan yang bisa memicu terjadinya pertengkaran di antara mereka.
"Nanti mau tempat temen, terus ke sana mau tangan kosong aja, gitu? Bawain
makanan seperti buah atau roti gitu," ujarku.
"Gua juga bingung. Kira-kira bawa apa, ya? Buah aja mungkin atau nanti deh gua pikirin lagi," jawabnya.
"Oh iya, Na. Gua juga mau bilang makasih udah mau jadi sahabat dan adik buat gua.
Jangan berubah, ya! Apalagi sampe lu ninggalin gue!"
Bodoh, satu kata yang Nana lontarkan dalam hatinya. Rasanya Nana benar-benar ingin menonjok manusia ini. Sudah berapa kali Ervan mengatakan hal yang sama, hal yang membuat Nana merasa takut dan terus berpikir negatif.
"Iya, udah aku males bahas itu lagi. Awas aja sampe bahas itu lagi!" ancamku.