Para Pedagang Protes, Tiket PRL Turun Tidak Pasti

Senin 03 Jun 2024 - 21:22 WIB
Reporter : Abdul Karim
Editor : Abdul Karim

BANDARLAMPUNG – Keluh-kesah pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Pekan Raya Lampung (PRL) 2024 kian mengemuka. Itu karena sejak hari pertama pembukaan PRL hingga kini sama, sepi pelanggan.  

Menurut pengakuan mereka, hal ini seiring sepinya masyarakat yang mengunjungi PRL setiap harinya. ’’Sudah jelas Mas, gara-gara harga tiket mahal. Duit orang sudah habis buat bayar-bayar di depan semua," ungkap salah satu pedagang yang minta namanya tak disebutkan, Senin (3/6).

Terlebih pada lima hari pertama pembukaan PRL, menurut dia, sangat dirasa sepinya oleh para pedagang. Saat itu dikatakannya harga tiket masuk PRL 2024 masih Rp50 ribu.

’’Kami (para pedagang, Red) pun protes. Ramai-ramai meminta supaya harga tiket dikurangi biar ada pengunjung," jelasnya.

BACA JUGA:Ulah 4 Eksportir, Harga Lada di Lampung Rendah

Menurutnya barulah harga tiket berkurang keesokan harinya. Itu pun selalu bervariasi, tak pernah pasti. ’’Ada kalanya harga tiket Rp15 ribu, Rp20 ribu, dan ada pula malam di mana harga tiket Rp30 ribu,” ucapnya. 

Karena itu kepada Radar lampung, ia menyampaikan rasa pesimisnya mendapat keuntungan dari penyelenggaraan PRL tahun ini. Sebab sudah berjalan 12 hari saja, penjualan yang dilakukannya masih belum menutupi modal. Termasuk untuk membayar stan yang begitu mahal. 

Sebab, ia sendiri menyewa 1 tenda berukuran 5 x 5 meter dengan harga Rp 17 juta. Sementara hasilnya tiap hari sudah habis untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. ’’Ini mana PRL sudah tinggal seminggu lagi. Pesimislah, Mas," tuturnya. 

BACA JUGA:KPU Pesbar Bakal Siapkan TPS Khusus untuk Pilkada 2024

Sehingga, kegiatan yang ia dan pedagang lain lakukan sebatas menghabiskan waktu sewa selama 20 hari penyelenggaraan PRL. Sebab ditinggal pun, menurutnya uang sewa tak akan kembali. Sementara ditunggu juga tak kunjung mendapatkan untung. 

’’Ini mah modal aja nggak kembali kayaknya, Mas. Gimana mau untung. Ibarat perjalanan, ya pahit manis ditelen aja sudah sekarang mah. Sudah telanjur," ketusnya. 

Apa yang diucapkannya pun benar adanya. Terlihat selama wartawan koran ini mewawancarainya, tak ada satu pun pengunjung yang lewat di depan stannya mampir meski sekadar untuk melihat-lihat. Menurut dia, kondisinya berbanding terbalik dengan penyelenggaraan PRL di tahun-tahun sebelumnya. 

Saking sepinya, pedagang ini juga membandingkannya dengan PRL tahun sebelumnya hingga 80 persen. ’’Keramaian pengunjungnya sama tahun lalu mah, ini turun bisa 80 persen," nilainya. 

Hal serupa dikatakan pedagang makanan yang berada di area sekitar lapangan Gedung Sumpah Pemuda. Pedagang ini saat tim Radar Lampung temui tampak lesu.

Penyebabnya juga karena pengunjung yang sepi. Sehingga, ia lebih banyak diam ketimbang melayani pembeli. ’’Sepi banget, Pak. Sampai heran saya," katanya memulai pembicaraan.

Kategori :