ORANG tua pasti menginginkan anaknya untuk selalu hidup bahagia. Tak jarang, para ibu dan ayah di luar sana menerapkan pola asuh otoriter yang memiliki kontrol tinggi agar anaknya tidak salah arah atau terjerumus ke dalam hal yang tak diinginkan.
Saat ini pola asuh yang diterapkan orang tua harus lebih diperhatikan, mengingat maraknya kasus gangguan kesehtan mental yang menyerang anak-anak.
Pola asuh yang tidak nyaman atau perilaku toxic bisa memicu stres pada anak. Bahkan anak tersebut enggan untuk dekat dengan orang tuanya.
Meski demikian, tak sedikit orang tua yang masih mengabaikan kesehtan mental anak-anaknya. Padahal orang tua memiliki peranan penting akan hal tersebut.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengungkapkan bahwa kontribusi pola asuh yang gagal oleh orang tua saat balita dapat memicu kasus gangguan mental emosional di masa remaja.
Kesehtan mental harus diperhatikan sama seperti kesehatan fisik. Adanya gangguan mental dapat memberikan perubahan besar bagi yang mengidap, terutama bagi anak-anak yang belum bisa membedakan mana yang benar dan salah.
Kesehtan mental pada anak mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku, termasuk saat mengolah stres dan berinteraksi dengan orang lain. Berikut ini adalah tips untuk jadi orang tua yang anti toxic agar lebih bisa dekat dengan sang anak.
Tidak Melarang Anak Secara Berlebihan
Sebagai orang tua sah-sah saja untuk melarang sang anak di kesehariannya jika itu dirasa baik untuknya. Namun, perlu diingat larangan itu jangan sampai membuat anak merasa terkurung.
Hal tersebut rentan membuat anak mengalami stres bahkan depresi. Jika ingin melarang anak, cobalah untuk membicarakan alasan larangan tersebut secara lembut, jangan lupa dengarkan juga isi hati sang anak.
Tidak Membandingkan dengan Anak Lainnya
Masih sering terdengar bagaimana para orang tua membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain jika apa yang diharapkan orang tua tidak sesuai kepada anaknya.
Padahal hal ini merupakan tindakan yang buruk dan justru membuat anak kehilangan rasa percaya dirinya. Karena itu, cobalah untuk menerima apa pun yang sudah anak lakukan dan berusaha untuk tidak menyakiti hati sang anak.
Berikan Perhatian-Perhatian Kecil
Bertanya mengenai apa saja yang dilakukan sang anak saat di sekolah atau bisa juga sekadar menanyakan pelajaran kesukaannya. Dengan begitu, sang anak akan bersemangat dan merasa diperhatikan.
Sesekali boleh untuk membelikan barang-barang kesukaannya. Tak perlu yang mahal, mendapatkan hadiah tanpa ia minta saja sudah bisa membuat anak merasa disayang dan bahagia.
Jangan Terlalu Mengontrol Anak
Setiap anak memiliki impian dan kesukaannya masing-masing. Namun, tak jarang masih banyak orang tua yang memaksakan kehendak mereka kepada sang anak hingga sang anak merasa terbebani.
Di sini peran orang tua sangatlah penting dan sebagai orang tua yang bijak sebaiknya mendukung apa pun yang diimpikan sang anak tanpa memaksakan keinginan pribadi.
Menjadi Sahabat yang Bisa Mendengar
Dengarkan apa pun yang anak sampaikan dengan antusias. Hal ini agar sang anak merasa nyaman dan seperti sedang berbicara dengan temannya. Ada baiknya untuk menatap matanya saat berbicara agar anak merasa mendapat perhatian yang lebih.
Menjadi orang tua bukan perkara yang mudah. Apalagi untuk ayah dan ibu muda yang baru saja memiliki buah hati. Karena itu, pemilihan pola asuh harus diterapkan secara tepat agar tidak menimbulkan masalah dengan sang anak. (jpc/ful)
Kategori :