JAKARTA - Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 pada 21 Februari lalu, sayangnya pengelolaan sampah masih menjadi tantangan krusial bagi masyarakat Indonesia. Merujuk pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbunan sampah nasional pada 2023 telah mencapai angka 17,4 juta ton.
Ngerinya lagi, 33,5 persen dari total sampah tersebut belum terkelola dengan baik. Fakta mencengangkan lainnya, data dari Program Lingkungan PBB pun menunjukkan Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Mayoritas sampah plastik di Indonesia berasal dari sektor rumah tangga sebesar 38 persen pada 2023. Kondisi tersebut memicu krisis berkelanjutan jika tidak segera ditangani, seperti terjadinya kasus ledakan gas metana yang menumpuk di 38 lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) pada November tahun lalu. Krisis ini mendorong berbagai inisiatif kolaborasi dan inovasi berkelanjutan seperti keberhasilan Gerakan Pilah Sampah yang digencarkan KLHK dalam menghadirkan bank sampah hingga 25.540 unit yang semuanya dikelola secara mandiri oleh lintas komunitas. Di sisi lain, pengelolaan sampah terpadu semakin mengemuka berkat peran para ecopreneurs yang mendorong masyarakat untuk peduli tentang pentingnya hilirisasi sampah dalam mendukung ekonomi sirkular. Adapun hilirisasi sampah sendiri merupakan pendekatan pentahelix, yang salah satunya tampak dalam skema pemberian insentif oleh para akademisi, pemerintah, industri swasta, komunitas, hingga media untuk mendorong perubahan perilaku menuju partisipasi aktif masyarakat terhadap 3R (reduce, reuse, recycle). Selaras dengan komitmen mengedepankan praktik bisnis berkelanjutan, PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli sebagai pelaku industri mengklaim telah secara bertahap menerapkan berbagai inisiatif pengurangan sampah kemasan sejak tahun 2020, salah satunya adalah program Take-Back yang memfasilitasi konversi 10 kemasan bekas menjadi 1 bibit pohon. Sejak program Take-Back diinisiasi, telah terkumpul sekitar 80.000 sampah kemasan dari pelanggan yang berhasil dikonversi menjadi 8.000 pohon dan telah ditanam di 3 lokasi di Indonesia. Selanjutnya, kemasan Blibli yang sudah berstandar FSC (Forest Stewardship Council) itupun didaur ulang oleh mitra rantai pasok kami untuk menjadi shredded paper sebagai alternatif bubble wrap. Sebagai informasi, kemasan berstandar FSC artinya bersumber dari bahan baku yang berkelanjutan yang dikelola secara bertanggung jawab. Pelanggan dapat berpartisipasi dalam program ini melalui layanan kurir BES Paket yang datang ke rumah, atau bisa juga secara mandiri mendatangi lebih dari 10 dropbox collection yang tersebar di beberapa titik di Jabodetabek. Lisa Widodo, Co-Founder & COO Blibli, mengatakan, perseroan sebagai pelaku industri secara konsisten memberikan edukasi dan melibatkan pelanggan, mitra rantai pasok serta karyawan untuk mendukung upaya hilirisasi sampah. "Beberapa program yang dilakukan, diantaranya daur ulang hingga 4 ton sampah kemasan sepanjang tahun 2023 untuk mewujudkan ekonomi sirkular bersama Recycling Village, Liberty Society, dan 180 Degrees, dengan koleksi eksklusif daur ulang telah terjual habis di microsite Blibli Cinta Bumi Eco Hub," terang Lisa di Jakarta, Jumat (23/2). Blibli Tiket juga bekerja sama dengan Magalarva mengolah 3,5 ton limbah makanan dari operasional bisnis menjadi pakan ternak. Bagi pelanggan setia Blibli Tiket, selain turut serta dalam program pengembalian sampah kemasan yang selanjutnya diolah kembali menjadi shredded paper oleh Daya Selaras, kini juga bisa menukarkan Blibli Tiket Rewards untuk donasi pohon lewat aplikasi Blibli. Lisa menambahkan, semua inisiatif ini merupakan solusi nyata dalam mendukung efisiensi sumber daya, pengelolaan sampah, dan pengurangan emisi karbon, untuk bersama mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pilar Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab, serta pilar Penanganan Krisis Iklim. Menyambung pernyataan di atas, Cynthia Handriani Wijaya Chief Corporate Officer Daya Selaras Group selaku mitra waste management dan produsen kemasan Blibli, berujar, berbekal pengalaman dalam mengelola sampah kertas industri, kemasan kardus dan logistik di Indonesia, pihaknya melihat terdapat benang merah rantai pasok yang dapat didukung dan kembangkan pada sampah kemasan Blibli. "Kami dapat menjemput dan mendaur ulang sampah kemasan tersebut untuk digunakan kembali dalam operasional perusahaan sebagai kemasan baru. Oleh karenanya, kami berharap kerja sama berbasis rantai pasok sirkular ini dapat terus berlanjut ke depannya," tutur Cynthia. Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional tahun ini menjadi momentum yang tepat bagi Blibli Tiket Group untuk menyampaikan apresiasi kepada seluruh karyawan, pelanggan dan mitra yang terlibat dalam hilirisasi sampah dan turut mengajak menyukseskan pengurangan emisi karbon. (jpc/c1)
Kategori :