JAKARTA - Rupiah di akhir pekan kedua 2024 ditutup melemah menjadi Rp15.526 per dolar AS, di tengah meningkatnya cadangan devisa (cadev) Indonesia pada Desember 2023.
’’Dari dalam negeri, kami lihat kondisi ekonomi masih cukup baik, meski ada kecenderungan melambat," kata Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto kepada Antara di Jakarta, Senin (8/1).
Bank Indonesia mengumumkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2023 tercatat sebesar 146,4 miliar dolar AS, naik dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar 138,1 miliar dolar AS.
Kenaikan posisi cadangan devisa itu antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
BACA JUGA:Pembelian Gas Elpiji 3 Kg Pakai KTP Masih Banyak Celah Kelemahan
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Selain itu, Rully menuturkan pergerakan rupiah pada awal pekan ini cenderung tertekan, lebih disebabkan oleh sentimen global.
Dari sisi global, indeks dolar AS index (DXY) cenderung menguat, dipengaruhi oleh data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi.
Indeks dolar AS per Jumat (5/1) berada di level 102,1, menguat 1,1 persen dari penutupan akhir tahun 2023.
Pada penutupan perdagangan Senin, rupiah menurun 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp15.526 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.516 per dolar AS.
BACA JUGA:Laporan Aliran Modal Asing Awal Tahun, SBN Paling Moncer
Sementara Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin tergelincir ke posisi Rp15.522 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.518 per dolar AS.
Dietahui Posisi cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar 146,4 miliar dolar AS pada akhir Desember 2023, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 yang sebesar 138,1 miliar dolar AS.
"Kenaikan posisi cadangan devisa ini antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono di Jakarta, Senin.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
BACA JUGA:Belum Mau Pensiun, Lewis Hamilton Masih Ingin Membalap F1 hingga Umur 40 Tahun!