Bawaslu Header

Rupiah Melemah Jelang Pengumuman Suku Bunga Global

Ilustrasi nilai tukar rupiah -Foto BeritaSatu Photo/Uthan A Rachim-



JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Selasa 17 Desember 2024 sore. Pelemahan rupiah karena pasar menanti keputusan suku bunga global dari bank sentral utama akhir minggu ini, termasuk The Fed dan Bank Indonesia (BI).
Rupiah ditutup anjlok 98 point (0,6%) berada di level Rp 16.099 per dolar AS. Nilai tukar rupiah awalnya sempat menguat 7 poin (0,04%) di level Rp 16.001 pada Senin (13/12). Sementara indeks dolar terlihat naik 0,07 poin (0,007%) menjadi 106,92.  
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pada perdagangan Selasa sore, mata uang rupiah ditutup melemah 98 point sebelumnya sempat melemah 100 point, sehingga akhirnya ditutup di level Rp16.099. "Untuk perdagangan besok (Rabu) mata uang rupiah fluktuatif. Namun, ditutup melemah direntang Rp 16.080- 16.170," ungkap Ibrahim kepada Investor Daily, Selasa.
Pasar menunggu keputusan suku bunga dari bank sentral utama yang akan diumukan akhir minggu ini, sedangkan data ekonomi Tiongkok yang lemah yang dirilis sehari sebelumnya mengikis sentimen risiko. "Selain pertemuan The Fed, keputusan suku bunga dari Jepang dan Indonesia, menjadi fokus minggu ini," tambahnya.
Dalam pertemuan The Fed minggu ini, kata Ibrahim, bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi juga menandai laju pemangkasan yang lebih lambat untuk tahun 2025. Prospek suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung pertumbuhan ekonomi. "Namun, ketidakpastian seputar arah kebijakan Fed di masa mendatang telah menimbulkan keraguan pasar," ucap Ibrahim.  
Reuters melaporkan BOJ kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah minggu ini, berbeda dengan ekspektasi sebelumnya tentang kenaikan. Bank Indonesia (BI) akan memutuskan suku bunga utamanya pada hari Rabu.
Dari dalam negeri, ia mengungkapkan, pemerintah resmi mengumumkan enam paket kebijakan insentif fiskal kepada masyarakat, sebagai kompensasi kenaikan pajak pertambahan nilai atau PPN menjadi 12% pada 1 Januari 2025. Barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat masih akan dibebaskan PPN. Selain itu, ada barang/jasa lain yang diberikan insentif meski dikenai PPN 12%.
Selain itu, lanjut Ibrahim, BI melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) pada Oktober 2024 tercatat sebesar US$ 423,4 miliar atau setara Rp6.774 triliun (asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS). Angka ini turun US$ 5,1 miliar, dibanding dengan posisi ULN pada September 2024 yang sebesar US$ 428,5 miliar. Secara tahunan, ULN Indonesia tumbuh 7,7 % yoy, menurun dibandingkan 8,5% pada September 2024. Penurunan tersebut bersumber dari ULN sektor publik dan swasta.(investorid/nca)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan