Kisah GDS, Remaja Pesawaran yang Pilih PKBM demi Bisa Sekolah dan Bantu Keluarga
BANDARLAMPUNG – Sebuah video berdurasi kurang dari satu menit ramai beredar di media sosial. Dalam video itu, seorang remaja perempuan mengaku putus sekolah karena diduga dirundung teman. Ia disebut-sebut tinggal di Kabupaten Pesawaran.
Namun siapa sangka, di balik kisah viral itu tersimpan cerita berbeda, lebih menyentuh, lebih manusiawi. Nama remaja itu adalah GDS, 16 tahun, anak keempat dari enam bersaudara.
Sehari-hari, ia tinggal bersama ibunya, MM, di sebuah rumah kontrakan sederhana di pinggiran Pesawaran. Di halaman rumah itu, tampak tumpukan karung dan barang-barang bekas, seperti botol plastik, kardus, dan besi rongsok.
BACA JUGA:2.530 Kopdes di Lampung Tak Aktif
“Anakku bukan berhenti sekolah, Nak,” ujar MM lirih, saat ditemui Radar Lampung, Rabu (22/10/2025).
“Dia sendiri yang minta pindah, karena mau bantu saya kerja. Kasihan katanya, saya capek sendirian" ungkap MM.
Kisah GDS bermula saat ia masih duduk di kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kemiling, Bandar Lampung. Ketika itu, pada awal 2024, ia mengajukan permohonan pindah sekolah.
Kepala sekolah dan guru-gurunya sempat membujuk agar ia bertahan. Namun, keputusan GDS sudah bulat.
“Pada Februari 2024, saya datang ke sekolah untuk tanda tangan surat pindah. GDS bilang mau lanjut ke PKBM,” tutur MM.
Pihak sekolah membenarkan hal itu. Kepala sekolah, A, menegaskan bahwa tidak ada unsur perundungan seperti yang ramai disebut di media sosial.
“GDS anak baik, sopan. Ia pernah masuk kelompok bina lingkungan di sekolah kami. Keinginannya pindah murni karena ingin membantu ibunya dan melanjutkan sekolah dengan cara berbeda,” ujar Kepala sekolah SMPN 13 Bandar Lampung, Amaroh, sembari menunjukkan salinan surat pindah bertanggal 7 Februari 2024, ditandatangani langsung oleh sang ibu di atas materai.
Menurut Amaroh, setelah ibu angkat GDS meninggal dunia, gadis itu kembali tinggal bersama ibu kandungnya di Pesawaran. Sejak saat itu, kehadirannya di sekolah mulai jarang karena membantu ibunya yang bekerja sebagai pemulung.
Setelah sempat vakum beberapa bulan, pada awal 2025 GDS akhirnya kembali menempuh pendidikan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di wilayah Kemiling. Ia kini tercatat sebagai peserta Paket B, setara jenjang SMP.
“Belajarnya dua kali seminggu. Jadi masih bisa bantu ibu di hari lain,” kata GDS sambil tersenyum malu.