Setelah jadi, ondel-ondel dikemas rapi dalam plastik atau tabung bening. Lukman menjualnya dengan harga antara Rp25.000 hingga Rp35.000 per pasang.
Meski tidak bisa memastikan jumlah produksi tiap bulan, pesanan kadang bisa melonjak drastis. “Bulan Februari kemarin pernah dapat pesanan 100 pasang. Tapi tergantung orderan, tidak menentu,” katanya.
Dari hasil penjualan itu, Lukman bisa menambah penghasilan sekitar Rp1,5 juta per bulan. “Lumayan buat bantu istri belanja. Soalnya saya masih kerja jadi satpam juga,” ujarnya dengan nada syukur.
Ketekunannya membuat nama Babe Lukman dikenal luas di kalangan pecinta budaya Betawi. Kabar tentang sanggar dan karyanya menyebar dari mulut ke mulut. Kini, miniatur ondel-ondelnya dipasarkan di sekitar 10 toko resmi di Jakarta, ditambah beberapa kerabat dan tetangga yang ikut membantu menjual.
“Kalau ada teman atau saudara yang mau ikut jualan, saya kasih harga lebih murah biar mereka juga dapat keuntungan,” tuturnya.
Bagi Lukman, menjaga budaya Betawi bukan sekadar soal seni, tapi juga bentuk cinta terhadap identitas leluhur yang harus terus dijaga agar tidak hilang ditelan zaman.(beritasatu/nca)