Jika dicurigai ada penyebab spesifik lain, dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan seperti MRI jantung. Apabila ada dugaan penyumbatan pada pembuluh darah jantung, kateterisasi jantung akan dilakukan untuk menilai aliran darah koroner dan menentukan perlunya tindakan lebih lanjut.
Setelah pasien didiagnosis mengalami gagal jantung, pengobatan harus segera dimulai sesuai dengan pedoman terapi berbasis bukti atau Guideline-Directed Medical Therapy (GDMT).
Terapi ini mencakup kombinasi obat-obatan yang bertujuan memperbaiki gejala, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka rawat inap, dan menurunkan risiko kematian.
Pada beberapa pasien gagal jantung yang mengalami gangguan listrik jantung seperti left bundle branch block (LBBB) dengan morfologi QRS yang lebar dari EKG, terapi dengan alat CRT (Cardiac Resynchronization Therapy) sangat bermanfaat.
CRT bekerja dengan menyinkronkan kontraksi kedua sisi bilik jantung sehingga pompa jantung menjadi lebih efisien. ’’Bila dengan obat-obatan kondisi gagal jantung tidak menunjukkan perbaikan, dapat dipertimbangkan terapi lanjutan. Salah satunya adalah pemasangan alat untuk menggantikan kerja pompa jantung mekanik yaitu LVAD (Left Ventricular Assist Device). Saat ini, RS Siloam Kebon Jeruk sudah memiliki fasilitas LVAD. Tentu ada kriteria pasien dengan kondisi seperti apa yang dapat menjalani LVAD,” jelas dr. Novi.
Pada kasus gagal jantung akut yang tak bisa ditangani dengan obat-obatan, RS Siloam Kebon Jeruk juga menyediakan alat ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation) yaitu alat bantu sirkulasi dan oksigenasi.
Bila semua upaya perbaikan tidak membuahkan hasil, langkah terakhir adalah transplantasi jantung. Pencegahan gagal jantung dapat dimulai sejak awal, terutama bagi individu yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, riwayat keluarga dengan penyakit jantung, atau kebiasaan merokok.