Oleh: Penta Peturun
(Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan RI)
Matahari belum sepenuhnya naik di Negeri Sakti, Pesawaran. Kabut pagi masih menari di antara ladang kelapa dan pagar sekolah pesantren yang sepi. Namun di dalam aula Institut Teknologi dan Bisnis Diniyyah Lampung, gema suara masa depan sudah mulai bergema.
Hari itu, 4 Juni 2025, bukan sekadar upacara kuliah umum. Ia adalah upaya menyulam kembali urat nadi pendidikan, ketenagakerjaan, dan kemanusiaan yang selama ini compang-camping oleh ketimpangan, urbanisasi paksa, dan ketidakpastian kerja.
Saya menyampaikan satu hal, bahwa generasi siap kerja bukan hanya soal mengantongi ijazah, tapi tentang mengenali akar, berani tumbuh, dan mampu membaca arah angin zaman.
Pesantren dan Pabrik Masa Depan
Perguruan Diniyyah Putri Lampung bukan pesantren sembarangan. Didirikan oleh perempuan pelopor, Hj. Halimah Syukur, lembaga ini telah menyeberang dari pendidikan keagamaan menuju gerakan pemberdayaan ekonomi berbasis nilai.
Kampus INSTIDLA (Institut Teknologi dan Bisnis Diniyyah Lampung), yang lahir dari rahim pesantren ini, kini menjadi rumah bagi ilmu bisnis, teknologi, dan kewirausahaan.
Di tengah dunia yang dikuasai kecerdasan buatan dan algoritma tanpa akhlak, pesantren seperti Diniyyah Putri Lampung adalah oase. Bukan hanya karena mengajarkan tafsir, tetapi karena ia mengerti akar rumput dan tetumbuhan lokal yang bisa tumbuh jadi kekuatan ekonomi bangsa.
Tenaga Kerja Lampung: Potensi dan Patah Harapan
Di Provinsi Lampung, dari pantai ke gunung, dari ladang ke pasar, potensi masih terserak. Pertanian menyumbang hampir 28% PDRB, tapi generasi muda banyak yang pergi ke kota, mencuci piring atau menjadi operator gawai. Angka pengangguran muda 17,9% dan lebih dari sepertiga lulusan tak bekerja sesuai keahliannya (Sakernas 2023).
Lampung menyimpan lima pintu peluang, diantaranya:
1. Hilirisasi Pertanian
2. Industri Halal