BANDARLAMPUNG - Kelurahan Waylaga, Kecamatan Sukabumi, Bandarlampung terdampak kekeringan sejak memasuki musim kemarau.
Warga mengaku setiap musim kemarau sudah langsung mengalami kekeringan, sehingga apabaila harus terus membeli air tentunya bisa berdampak pada kondisi keuangan mereka.
Diketahui, sejumlah wilayah di BandarLampung kini mulai mengalami kekurangan air bersih, semenjak memasuki musim kemarau pada Agustus. Warga yang mengalami kekeringan hanya bisa mengandalkan bantuan kiriman air bersih.
Seperti yang terjadi pada warga di RT 05, Lingkungan I, Kelurahan Waylaga, Sukabumi. Warga mulai merasakan dampak musim kemarau yang mengakibatkan tampungan air mengering dan sumber air bersih seperti sumur tidak dapat lagi mengeluarkan air.
Nursanah, salah seorang warga Waylaga mengaku beberapa kali sampai harus membeli air bersih, sebab kata dia bantuan air bersih yang diberikan masih belum mencukupi kebutuhan untuk aktivitas sehari-hari.
“Ya kalua beli terus bagaimana pak bisa mempengaruhi kondisi keuangan kami,” ungkapnya.
Selain di wilayah RT 05, LK I, krisis air bersih juga terjadi di beberapa lokasi di wilayah kecamatan Sukabumi, terutama daerah yang kondisinya tanah berada di atas ketinggian atau perbukitan.
Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandarlampung dan Polresta Bandarlampung telah menyiapkan mobil tangka untuk mendistribusikan air bersih bagi warga yang mengalami dampak kekeringan, dan dapat melakukan permintaan melalui pamong setempat.
Diberitakan sebelumnya, Camat Sukabumi Syahrial mengatakan pihaknya sudah mengajukan pembuatan sumur bor ke Pemkot Bandarlampung untuk warganya.
Pasalnya, setiap musim kemarau warga Kelurahan Waylaga selalu mengalami kekurangan air bersih.
’’Pembuatan sumur bor sudah kita usulkan beberapa waktu lalu ke Pemkot Bandarlampung. Doakan segera terealisasi," ujar Syahrial.
Ditanya mengapa masih ada masyarakat yang membeli air bersih dengan nominal tertentu padahal Pemkot Bandarlampung telah menyediakan dan mengirimkan kepada masyarakat? Syahrial menyebut jika hal itu hanya sebagian masyarakat.
"Sudah kita kirim air ke mereka sesuai permintaan. Jadi sepanjang mereka minta, dikirim dan itu gratis nggak pake biaya. Mungkin yang mereka bayar itu belinya ke pihak swasta yang memang jualan air bersih dan itu pribadi pemesanannya," ungkapnya.
Sementara Astari (31), warga Kelurahan Waylaga, mengaku harus menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan air bersih.
"Kalau misalnya minta sama PDAM atau BPBD itu harus nunggu sehari berikutnya. Sedangkan kebutuhan air kalau kita minta berarti sudah menipis banget," katanya.
Air bersih tersebut, kata Wanita beranak dua ini, harus dirinya gunakan untuk keperluan sehari-hari.
’’Ditambah lagi untuk menyuplai usaha kecil-kecilannya yang membutuhkan air guna membersihkan peralatan makan. Namanya pedagang kan butuh buat cuci piring, masak makanan, dan tiap hari kalau nggak ada ya susah kitanya," urainya.(leo/nca)