BANDARLAMPUNG - Mahasiswa Fakultas Hukum Sayang Alam Universitas Lampung (Mahusa Unila) berhasil melaksanakan ekspedisi tapak jejak di Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah.
Ekspedisi yang dilakukan oleh Mahusa Unila berjalan lancar dan sesuai target yang direncanakan tim ekspedisi.
Kegiatan ini dimulai dari Desa Mire sebagai titik start pendakian ke puncak Gunung Katopasa, kemudian melakukan buka jalur lintas Puncak Katopasa 2.865 Mdpl menuju Puncak Kondorung 2.870 Mdpl dan finish di desa Linte Tua Gunung Kondoruang.
Kegiatan ini sukses terlaksana selama 19 hari yang dimulai dari tanggal 1 Agustus sampai 19 Agustus 2024.
Selain itu, pendakian ini turut didukung oleh Mapala Kumtapala Universitas Tadulako dan Mapalasta UIN Makassar dengan personil tim berjumlah 11 diantaranya 3 orang dari MAHUSA Unila, yakni Sandy Komara Tungga, Idza Aradha dan Ardian Fahrulianto.
Idza Aradha satu-satunya perempuan yang terlibat dalam tim ekspedisi mengatakan, ekspedisi ini telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan perencanaan meskipun jarak tempuh perjalanan pendakian cukup jauh hingga kurang lebih 50 Km dengan medan yang cukup terjal dan vegetasi.
Sebab jalur yang dilalui merupakan hutan tropis yang dipenuhi dengan lumut dan bebatuan.
Namun Idza bercerita bahwa pihaknya berhasil melaluinya karena sebelum keberangkatan tim telah mempersiapkan semua kebutuhan tim ekspedisi yang direncanakan secara bersama-sama mulai dari perencanaan jalur, logistik dan ketersediaan air minum serta perlengkapan pendukung kegiatan ekspedisi.
Perjalanan ekspedisi ini juga tidak luput dari kendala dan tantangan di lapangan yang salah satunya pada saat melakukan buka jalur tim sempat hilang kontak selama enam hari dengan tim Bankom (Bantuan Komunikasi) yang berjaga di bawah.
Sehingga menimbulkan kekhawatiran selama enam hari, hal ini dikarenakan vegetasi yang sangat lebat dan lokasi antara tim ekspedisi dan Bankom terlampau jauh memerlukan perangkat yang lebih besar untuk menangkap sinyal HT dari tim ekspedisi.
Setelah menggunakan perangkat besar, akhirnya sinyal antara tim ekspedisi dan Bankom terhubung dan kondisi tim pun sehat dan masih sesuai dengan rencana awal ekspedisi.
Selama perjalanan ekspedisi tim juga memperhatikan keanekaragaman hayati yang ada di jalur perlintasan yang kemudian ada beberapa temuan seperti hewan anoa dan burung nuri dan tumbuhan seperti kantong semar, pohon gaharu, pohon damar, yang masih banyak ditemui di sini.
Kemudian dalam pembukaan jalur pendakian Lintas Katopasa ke puncak Kondoruang selama 10 hari perjalanan pembukaan jalur menghasilkan 13 pos dan tiga titik air.
Meskipun terdapat titik air, tim sempat mengaplikasikan mode survival dengan memeras air lumut untuk memasak nasi, mengambil air rotan dan air kantong semar untuk minum, tim juga mengambil umbut pinang yang ditemui menjadi sayur makanan.
"Keberhasilan Ekspedisi ini merupakan kebanggaan yang luar biasa dan pengalaman berharga bagi kami tim ekspedisi dan khususnya terhadap Lembaga kami Mahusa Unila yang terus eksis dan berkibar di tanah air Indonesia," ujar Idza.
Serta eksistensi Mahusa Unila di dunia pencinta alam dan pengabdian masyarakat.(*)