****
Matahari dan bulan tak pernah bisa berada di satu tempat. Begitulah kata banyak orang. Pagi hingga menjelang petang, matahari menempati singgasana di langit. Namun, ketika gelap malam datang, bulan mengambil alih singgasana.
Matahari dan bulan yang tak pernah bisa berada di satu tempat. Begitulah kata banyak orang. Sayangnya, mereka lupa. Ada satu situasi yang menjadikannya di tempat yang sama bernama ' gerhana'.
Benar.
Gerhana menjadi penyatuan dan bukti bahwa kita bisa menyaksikan matahari dan bulan di tempat yang sama.
Itu berarti masihkah ada kesempatan untukku membuktikan bahwa cintaku bisa bersatu?
Entah masuk akal atau tidak perumpamaan itu. Hanya terlintas dalam benak begitu saja ketika aku memikirkan hubungan asmaraku.
Di saat takdir mempermainkan manusia. Di saat dua orang yang tengah dimabuk cinta harus menelan pahitnya luka. Kami tak bisa bersama dengan alasan sederhana. Sederhana memang, tapi begitu bahaya. Cinta kami berbeda.
Terkadang terbesit di benakku. Apa masih bisa dikatakan cinta jika aku mengabaikan hal paling sakral bagi manusia?
Hubungan telah terjalin dua tahun lamanya. Hanya informasi. Kami dalam keadaan baik tanpa masalah yang membelit. Banyak di antara teman kami yang menyukai hubungan ini dan berharap berakhir indah. Mereka sama seperti kami. Cinta membutakan perbedaan. Cinta sungguh merobohkan dinding pembatas yang dianggap sakral.
Tak ada masalah dalam hubungan kami bukan berarti aku tenang. Hati dan otakku berperang. Perasaan dan logikaku beradu. Benar-benar kacau. Antara selesai atau berjuang. Bahkan, aku pernah menulis di catatan harianku tentang kegilaanku akan cinta ini.
Sudah telak. Tak bisa dibantah. Sepenggal pesan antara Naufal denganku sudah menunjukkan bahwa kami harus mengakhiri.
Kini aku harus berhadapan dengan pria yang sempat mengisi hatiku. Di sebuah kafe yang akan menjadi saksi berakhirnya cerita yang dulu sempat aku yakini akan bersatu.
Jika kami memulai hubungan dengan mengabaikan kepercayaan, kami akhiri hubungan dengan senyum mengikhlaskan.
"Terima kasih, Kak Naufal," kataku seraya mengaduk-aduk minuman di depanku.
Aku tersenyum kecil. Mendongak tepat pada manik matanya dan dapat kulihat rasa sayangnya padaku tulus.