Jokowi Minta Genjot Produktivitas Kopi
PANEN KOPI Presiden RI Jokowi memanen kopi di kebun milik Safruddin di Pekon Kembahang, Kecamatan Batubrak, Lambar, pada kunjungan kerjanya di Provinsi Lampung, Jumat (12/7). -FOTO VICO/ BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN-
Hingga Mampu Hasilkan 8–9 Ton per Hektare
LIWA - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan kunjungan kerjanya di Provinsi Lampung. Giliran Kabupaten Lampung Barat (Lambar) yang menjadi tujuan lawatan, Jumat (12/7).
Presiden Jokowi didampingi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meninjau langsung kebun kopi milik Safruddin di Pekon Kembahang, Kecamatan Batubrak, Lambar.
Kunjungan tersebut menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk terus memperkuat dukungan terhadap komoditas kopi Indonesia sebagai kopi terbaik dan terbesar di dunia.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyampaikan harga kopi terus mengalami kenaikan seiring permintaan ekspor yang juga terus naik.
’’Kita tahu, harga kopi sekarang terus naik, meskipun kadang turun. Tetapi secara tahunan naik terus. Lalu volume untuk permintaan ekspor juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan ke Pak Menteri Pertanian agar memberi perhatian pada komoditas kopi,” kata Jokowi.
BACA JUGA:Berjudi di Rumah Kontrakan, Polsek Sukarame Gerbek dan Ringkus 4 Pelaku
Dikatakannya, saat ini harga komoditas kopi mencapai Rp70 ribu per kilogram dalam bentuk kering atau green bean. Sementara rata-rata produktivitas kopi petani mencapai 3 hingga 4 ton per hektare.
Terkait hal ini, ia menginginkan petani terus meningkatkan produksinya hingga 8-9 ton per hektare agar kesejahteraannya ikut meningkat.
“Paling penting adalah produktivitas per-hektarnya harus naik. Yang masih 1 hektar, 1 ton, 2 ton, harusnya bisa masuk ke 8 ton atau 9 ton. Tetapi ingat, ini tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis,” katanya.
BACA JUGA:Pengadaan Laptop di Tiga OPD Lamsel Bernilai Ratusan Juta Langgar Aturan
Menurut Presiden Jokowi, pemerintah telah menyiapkan alokasi pupuk subsidi. Jumlahnya kini naik 2 kali lipat dari semula hanya 4,5 juta ton menjadi 9,5 juta ton.
Kenaikan alokasi pupuk ini diharapkan dapat menjadi pemicu produksi agar mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun mancanegara.
Menurut Presiden, kenaikan produksi ini bisa terjadi jika perawatan dilakukan secara baik dengan pemupukan yang baik dan jarak tanam lebih rapat sehingga produktivitas bisa naik.