Unila Beri Pelatihan Pembuatan E-Modul Tematik Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Multikultural bagi KKG di Ne

Foto bersama: Tim Unila dan para peserta Pelatihan Pembuatan E-Modul Tematik Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Multikultural bagi KKG Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Negarabatin, Kabupaten Waykanan. -FOTO TIM PENGABDIAN DOSEN UNILA-

Bahan ajar semakin menarik karena disajikan menggunakan e-modul yang bersifat interaktif bagi siswa sehingga pembelajaran akan berjalan efektif dan menyenangkan bagi siswa. 

Lebih dari itu, Sumargono juga menyampaikan, bahwa pelatihan pembuatan E-Modul tematik pada jenjang sekolah dasar ini juga diharapkan akan memiliki dampak positif baik pada masyarakat setempat hingga secara khususnya pada peserta didik. 

Pemanfaatan E-Modul tematik kearifan lokal berbasis pendidikan multikultural merupakan ide kreatif yang sudah seharusnya dikembangkan oleh para pendidik. 

Lampung merupakan salah satu provinsi yang multikultural baik dari masyarakatnya yang terdiri dari beragam suku maupun budaya yang dihasilkan dan lestari hingga kini.

Hal ini akan menarik apabila dituangkan ke dalam bahan ajar berbentuk elektronik yang diharapkan memiliki nilai positif bagi para pendidik.

Beberapa permasalahan yang dialami oleh para pendidik, khususnya para guru di Kelompok Kerja Guru (KKG) Ki Hajar Dewantara Kecamatan Negara Batin adalah wawasan mengenai pemanfaatan bahan ajar dalam bentuk elektronik berbasis pendidikan multikultural yang bersumber dari daerah Lampung. 

Berdasarkan paparan terkait permasalahan-permasalahan yang ada dalam pembelajaran tematik integratif pada tingkatan sekolah dasar terkait aspek pengembangan bahan ajar dalam bentuk E-Modul tematik Kearifan lokal berbasis pendidikan multikultural.

Berdasarkan analisis kegiatan pembuatan e-modul sejarah lokal berbasis pendidikan multikultural yang terhubung dalam KKG Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Negara Batin diperoleh hasil sebagai berikut: 

Pertama, nilai rata-rata pretest peserta pelatihan adalah 65,75 dan rata-rata posttest peserta adalah 83,5. Adapun secara keseluruhan persentase peningkatan hasil evaluasi peserta dari pretest ke posttest mengalami peningkatan sebesar 27,29 persen.

Melalui pelatihan ini guru-guru dapat mengembangkan potensinya dalam pembuatan e-modul sejarah lokal berbasis pendidikan multikultural. Sehingga, pembelajaran sejarah lokal lebih menarik dan inovatif. 

Kedua, guru-guru sekolah dasar menjadi paham akan arti penting pembuatan media pembelajaran e-modul sejarah lokal berbasis pendidikan multikultural yang dapat meningkatkan hasil belajar sejarah lokal. 

Selain itu, melalui pelatihan ini guru-guru sekolah dasar mendapatkan pengetahuan tentang langkah langkah pelatihan pembuatan e-modul sejarah lokal berbasis pendidikan multikultural yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah dimasa society 5.0.

Program pengabdian pelatihan pembuatan e-modul sejarah lokal berbasis pendidikan multikultural ini hendaknya perlu diaplikasikan dan diimplementasikan pada semua guru-guru di sekolah yang tergabung dalam KKG.

“Karena dengan penggunaan media pembelajaran e-modul sejarah lokal berbasis pendidikan multikultural guru dapat mengajar secara online dan menambahkan sumber belajar,” jelas Sumargono.

Sejumlah manfaat kegiatan pengabdian di antaranya memberikan alternatif kepada pendidik sejarah di Provinsi Lampung, khususnya guru KKG Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Negara Batin untuk dapat mengembangkan dan memanfaatkan bahan ajar elektronik kearifan lokal yang berbasis pendidikan multikultural. “Manfaat lainnya adalah membekali para guru SD dengan pengetahuan serta pemanfaatan bahan ajar kearifan lokal berbasis pendidikan multicultural,” tandasnya. (gie/c1/fik)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan