Unila Beri Pelatihan Pembuatan E-Modul Tematik Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Multikultural bagi KKG di Ne

Foto bersama: Tim Unila dan para peserta Pelatihan Pembuatan E-Modul Tematik Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Multikultural bagi KKG Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Negarabatin, Kabupaten Waykanan. -FOTO TIM PENGABDIAN DOSEN UNILA-

Padahal, jika potensi multikultural ini dikembangkan bisa menjadi potensi sumber belajar siswa. Guru juga dapat memanfaatkan keanekaragaman di lingkungan untuk menjadi bahan ajar. Sementara siswa dapat langsung belajar dengan fenomena-fenomena di lingkungan terdekatnya atau bahkan pernah mereka lihat atau alami. 

Sebab lain yang dapat mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran tematik integratif adalah para guru mayoritas belum mampu mengembangkan bahan ajar, hanya terfokus pada bahan ajar yang diberikan oleh pemerintah. 

Guru juga tidak mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Akibatnya, pembelajaran tidak kontekstual. Sedangkan, bahan ajar yang disiapkan pemerintah masih belum sesuai dengan konteks dan potensi daerah yang dimiliki. 

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bersifat kontekstual. Karena dengan menerapkan pembelajaran kontekstual, siswa akan dihadapkan pada dunia nyata sesuai dengan teori yang telah mereka pelajari selama pembelajaran berlangsung.

Siswa akan menghubungkan apa yang dipelajari dengan kenyataan yang mereka hadapi dalam keseharian mereka. Untuk mengkontekstualkan pembelajaran di kelas, bisa dilakukan melalui penanaman nilai-nilai kearifan lokal dimana siswa berada (Utari, 2016). 

Mengingat bahwa karakteristik setiap daerah sangatlah multikultur (beragam) baik dari masyarakatnya maupun ragam budaya yang dimiliki. Maka perlu dilakukan identifikasi unsur budaya lokal yang beragam sehingga dapat diaktualisasikan dalam sumber belajar berbasis multikultural dengan tujuan untuk menjadikan kelas lebih aktif guna mencapai pengalaman belajar yang lebih bermakna. 

BACA JUGA:Pemkab Lamsel Lalai, Ada TPP Senilai Rp14,4 M Langgar Aturan

Bahan ajar tematik integratif berbasis multikultural akan semakin menarik minat peserta didik jika ditransformasikan penyajiannya ke dalam bentuk elektronik sehingga dikenal modul virtual atau modul elektronik (e-modul). 

Penggunaan modul elektronik berbasis pendidikan multikultural ini dapat membantu proses pembelajaran karena lebih memudahkan guru maupun siswa, karena dapat diakses secara offline dan tidak harus mengeluarkan banyak biaya karena berbentuk soft file (Susanti dalam Edi W dan Dona Dinda P, 2018).

Berdasarkan kenyataan di atas, tenaga pendidik harus mengembangkan bahan ajar yang memuat pendidikan multikultural dengan salah satunya dapat ditransformasikan dalam bentuk soft file.

Berlatar belakang hal tersebut, Tim Dosen Universitas Lampung (Unila) melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan Pelatihan Pembuatan E-Modul Tematik Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Multikultural bagi Kelompok Kerja Guru (KKG) Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Negarabatin, Kabupaten Waykanan. 

’’Adanya bahan ajar e-modul tematik kearifan lokal berbasis pendidikan multikultural sangat penting dan diperlukan dalam dunia pendidikan,” kata Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Unila di Kecamatan Negarabatin, Waykanan, Sumargono, S.Pd., M.Pd.

BACA JUGA:Awas Oli Bekas Beredar di Lampung!

Menurutnya, pendidikan multikultural akan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung pembangunan nasional. 

Pembuatan e-modul kearifan lokal berbasis pendidikan multikultural akan membuat pembelajaran lebih kontekstual karena berada di sekitar siswa dan disusunan berdasarkan tema secara integratif. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan