Jerry Sullivan dan Doni
-Ilustrasi Bob Dimyt /Pixabay -
Sontak Jerry pun tersenyum saat melihat air mataku ini dan berkata, “Eh lu ngapain? Udah deh, ga usah lebay.”
“Udah gila ya? Kita ini khawatir. Malah becanda.” Jawab Sullivan sambil tersedu.
Tak kusangka ternyata Sullivan juga meneteskan air matanya, bahkan lebih parah daripada aku sendiri.
Kami mendekat pada Jerry dan melihat lengannya yang sudah kurus hanya dalam waktu beberapa hari saja. Lalu Jerry bercerita tentang hari saat pertama kali ia mengetahui bahwa livernya rusak dan tak bisa digunakan lagi. Ia mendengar percakapan antara orang tua dan dokternya bahwa jika dia tidak segera mendapatkan donor maka hidupnya tidak akan lama lagi. Sambil menundukkan kepala dengan wajah lesu ia berkata “Tapi sampe sekarang ga da donor yang cocok, bahkan emak bapak gue”. Dia juga menceritakan tentang kejadian saat di warung makan dulu. Ternyata ia tidak makan karena seafood adalah salah satu pantangan dari dokter. Ia juga membayarkan makanan kita karena ingin sesekali membahagiakan aku dan Sullivan yang telah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.
“Tapi kenapa lu gak ngasih tau kita?” Ucapku kesal.
“Gue ga mau aja kalian ampe khawatir dan berlebihan.” Jawab Jerry dengan senyuman tipisnya.
Akhirnya, ujian kelulusan pun tiba. Bertepatan pada hari bahagia itu, kami mendengar kabar bahwa Jerry meninggal. Betapa terpukulnya batinku karena ia waktu itu sudah berjanji tidak akan pergi sebelum melihat kami berdua pakai baju toga dari SMA. Tapi, kenyataannya Jerry telah berpulang lebih dahulu.
Seminggu setelah pemakaman Jerry, aku dan Sullivan mengingat kaleng yang dulu kami kubur bersama almarhum Jerry. Kami segera menggalinya. Aku membaca harapanku yang tertulis bahwa aku ingin menjadi astronot, sedangkan Sullivan benar-benar menulis pin instagramnya. Sullivan membaca kertas harapan milik Jerry. Wajahnya terlihat pucat dan matanya memerah saat membaca harapan Jerry yang bertuliskan “Tidak ada yang abadi, seperti persahabatan kita ini. Gue selalu berharap semoga kita semua selalu bersama. Semoga kalian nggak akan pernah lupa masa-masa kita”.(*)