Bawaslu Header

Kekeringan Intai Empat Daerah di Lampung

-ilustrasi Edwin/Radar Lampung-

BANDARLAMPUNG, RADAR LAMPUNG - Musim kemarau tahun 2024 diprediksi akan mulai pada Juli mendatang. Antisipasi dampak kekeringan sebagai imbas dari musim kemarau mulai dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung.

Kabid Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Lampung, Joni Toyib mengatakan, fase atau musim cuaca di Indonesia ada dua, yaitu la nina (basah) dan el nino (kering).

Menurut Joni Toyib, BPBD bersama pihak terkait selalu melakukan antisipasi dan persiapan dalam menghadapi perubahan musim di Lampung. “Karena kita sudah di El Nino, tentu antisipasi ancaman bencananya menyesuaikan dengan fase cuaca dalam hal ini kekeringan,” ujar Joni Toyib.

Pada Juli 2024 mendatang, Provinsi Lampung akan memasuki musim kemarau dengan potensi atau ancaman bencana yang mengiringinya.

BACA JUGA:Eva Dwiana-Deddy Amarullah Amankan Rekom Nasdem

Antisipasi yang dilakukan BPBD dimulai dari peningkatan koordinasi dengan BMKG untuk memantau perkiraan cuaca untuk melihat mana saja daerah yang mengalami peningkatan panas eksterim atau panas intens dalam kurun waktu tertentu.

“Makanya kita selalu koordinasi dengan BMKG untuk mengetahui perkiraan cuaca satu minggu hingga satu bulan ke depan,” ucapnya.

Dijelaskan Joni Toyib, BPBD juga mengaktifkan komunikasi dengan BPBD dan Tim Reaksi Cepat (TRC) di kabupaten/kota. “Kabupaten/kota memiliki komunikasi TRC yang reguler melalui pantauan radio dengan jadwal apel jam 9 pagi dan 8 malam,” tuturnya.

“Jadi deteksi dini kita lakukan dari situ. Media sosial dan call center kita juga menerima informasi juga dari stakeholder kita hingga masyarakat,” sambungnya.

Hal lain yang harus diperhatikan, ancaman kekeringan ini adalah jenis bencana yang memiliki dampak slow on side atau menuju titik puncak perlahan-lahan. Maka setiap proses atau tahapan musim kemarau ini akan muncul banyak sekali kemungkinan bencana sekunder.

BACA JUGA:Tantangan Besar Sang Juara Bertahan

“Misalnya kekeringan berupa kekurangan air di banyak tempat perlu diantisipasi dengan interset metode-metode penyuplai air pada titik-titik komoditas tertentu yang secara ekstensif yang mengalami kekeringan karena masyarakat butuh air,” ungkapnya.

Dilanjutkan dengan memastikan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. “Lahan-lahan terbuka yang memiliki potensi ancaman untuk itu. Misalkan ada kegiatan ekonomi, kegiatan masyarakat di pinggir area hutan dan lahan,” ucapnya.

“Jadi kita efektif untuk kita evaluasi dan cegah supaya tidak terjadi kebakaran di musim kemarau,” sambungnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan