Viralkan Haram Beli Produk Israel
BERHENTI BEROPERASI: Rumah Sakit Al-Quds di Gaza yang berhenti beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan pemadaman listrik, Minggu (12/11).-FOTO AFP-
Rumah Sakit Al-Quds di Gaza Tak Lagi Beroperasi
BANDARLAMPUNG - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung Prof. Moh. Mukri mengatakan jika apa yang dilakukan Israel sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Terlebih upaya pembantaian anak-anak, wanita, bahkan non-muslim pun ikut menjadi korban kekejamannya di Gaza, Palestina.
’’Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan yang luar biasa kepada warga Palestina. Tentu Israel melakukan serangan itu juga disokong dana dari hasil sumbangan berbagai produk yang dijualnya," kata dia, Minggu (12/11).
Melihat kejahatan Israel yang tidak pernah habisnya selama lebih dari 50 tahun lamanya, tegas mantan Rektor UIN RIL ini, umat Islam dan dunia sudah seharusnya marah besar. ’’Kontribusi terkecil kita ya jangan membeli barang-barang yang menjadi produk Israel. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum tahu, maka kewajiban kita untuk memviralkan fatwa MUI itu (haram membeli produk Israel, Red)," ungkapnya.
Kata Mukri, fatwa MUI adalah hal yang harus didengar oleh umat Islam di Indonesia. Bahkan, non-muslim pun harus mendengarnya karena Israel melakukan hal yang sama terhadap nasrani di Palestina. ’’Jadi kewajiban kita dan media menyampaikan bahwa Israel hidup dan bisa mencapai kemajuan berkat kontribusi yang lain. Kita juga harus berkontribusi membangkrutkan sehingga mereka tidak bisa membeli senjata untuk membantai warga Palestina," jelasnya.
Ditanya bagaimana dengan produk yang disebutkan terafiliasi di media sosial seperti McDonalds, KFC, Burger King, dan Starbuck ada di Bandarlampung dan masih ramai pengunjungnya? ’’Kalau memang tidak terafiliasi maka silakan buktikan, klarifikasi. Kalau tidak merasa ya ngomong aja. Kalau mereka diam saja, berarti itu benar terafiliasi dan kasih pembelajaran biar mereka enggak bisa nyumbang Israel," tegasnya.
Sementara informasi terkini, Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengumumkan Rumah Sakit Al-Quds di Gaza tidak lagi beroperasi. RS tersebut berhenti beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan pemadaman listrik.
’’PRCS meminta pertanggungjawaban komunitas internasional dan para penanda tangan Konvensi Jenewa Keempat atas kehancuran total sistem kesehatan dan kondisi kemanusiaan yang mengerikan yang diakibatkannya," ujar PRCS lewat akun X-nya seperti dilansir Al Jazeera juga detik.news, Minggu (12/11).
PRCS menyatakan staf medis sudah berupaya melakukan semua hal untuk merawat pasien dan orang-orang yang terluka. Termasuk dengan melakukan perawatan konvensional. ”Krisis kemanusiaan di Gaza terutama di kawasan utaranya semakin buruk dengan meningkatnya serangan militer Israel," tulis PRCS.
PRCS menyebut militer Israel menjadikan rumah sakit target pengepungan. Selain itu, militer Israel juga mempersulit ambulans menuju rumah sakit.
Berhentinya operasi RS Al-Quds menambah panjang daftar rumah sakit yang berhenti beroperasi di Gaza. Sebelumnya, RS Al-Shifa di Gaza juga sudah berhenti beroperasi karena kehabisan bahan bakar untuk menyalakan generator. Selain itu, RS Indonesia di Gaza juga lumpuh. RS Indonesia sudah kehabisan bahan bakar untuk generator dan kesulitan memenuhi obat-obatan.
Israel sendiri telah mendeklarasikan perang terhadap Hamas usai kelompok tersebut melakukan serangan di Israel pada 7 Oktober lalu. Israel kemudian membalas dengan membombardir Gaza. Akibatnya lebih dari 11.000 orang tewas, yang mana mayoritasnya adalah anak-anak dan perempuan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun tidak menggubris desakan dunia internasional agar militer Israel melakukan gencatan senjata. Netanyahu mengatakan serangan ke Hamas akan terus dilakukan.
Dilansir Al Jazeera, Minggu (12/11), Netanyahu menyampaikan sikap terkini Israel terkait konflik di Gaza dalam sebuah siaran di televisi. Dia mengatakan gencatan senjata hanya mungkin terjadi jika Hamas membebaskan 240 sandera dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
Netanyahu mengatakan Gaza akan didemiliterisasi setelah perang. Dia menegaskan pasukan Israel akan memegang kendali penuh keamanan di Gaza.
Dia juga mengesampingkan peran pemerintahan Otoritas Palestina saat ini di Gaza. Dia menolak memberikan kendali kepada otoritas tersebut di Gaza. "Pasti ada hal lain di sana," kata Netanyahu.
Dia menjawab pertanyaan soal apakah Otoritas Palestina yang memiliki sebagian kendali administratif di Tepi Barat yang diduduki dapat memerintah Gaza setelah perang. "Tidak akan ada otoritas sipil yang mendidik anak-anak mereka untuk membenci Israel, membunuh warga Israel, dan melenyapkan negara Israel," sambung Netanyahu.
Netanyahu juga memberikan peringatan keras kepada kelompok Hizbullah dari Lebanon. Dia meminta Hizbullah untuk tidak ikut terlibat perang antara Israel dan Hamas. "Jangan membuat kesalahan dengan berperang. Itu akan menjadi kesalahan dalam hidup Anda. Masuknya Anda ke dalam perang akan menentukan nasib Lebanon," ancam Netanyahu.
Dilansir dari AP News, Netanyahu seakan tidak menghiraukan kecaman dari dunia internasional. Dia bahkan menegaskan perang dengan militan Hamas yang berkuasa di Gaza akan berlanjut dengan kekuatan penuh.
Kini setidaknya 11.078 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Sedangkan di Israel, jumlah korban tewas sekitar 1.200 orang. (jaz/dtk/c1/rim)