Dengarkan Jika Ingin Didengar
-Ilustrasi net-
"Aku denger, Bulan."
"Tapi kamu kayak nggak peduli gitu kalo aku lagi ngomong. Please, hargain orang lain. Kamu kalo curhat, cerita, minta pendapat sama aku, aku dengerin. Aku kasih saran, aku kasih solusi. Tapi kamu enggak, kamu cuma diem." Bulan terlihat kecewa. Dia bahkan melupakan baksonya.
"Kamu 'kan tau aku, Bulan. Aku denger kok kamu cerita tadi. Aku cuma bingung harus nanggepin gimana, aku susah kasih solusi. Makanya aku lebih baik diem, aku takut salah." kataku tidak terima dengan perkataan Bulan.
Aku bukannya tidak menghargai orang lain. Aku dengar jika orang berbicara. Aku hanya sulit untuk menanggapi. Bulan juga kenapa berkata seperti itu, aku cukup tersinggung dengan perkataannya. Dia 'kan tahu, aku orangnya bagaimana.
Setelah itu tidak ada pembicaraan antara kami. Bulan diam saja selama makan di kantin, begitupun aku. Bahkan ketika di dalam kelas, kami masih saling diam. Bulan yang biasanya ribut tidak jelas di dalam kelas pun tidak mengeluarkan suara. Dan sampai waktunya pulang, kami tetap diam.
***
Aku menahan tangan Bulan ketika dia berdiri hendak pulang. Aku ingin meminta maaf. Tidak enak juga rasanya melihat Bulan yang biasanya aktif tiba-tiba diam. Bulan satu-satunya teman dekatku di kelas, ketika dia diam begini, aku bingung harus bagaimana. Kan semandiri apa orang, secuek-cueknya orang masih membutuhkan orang lain. Namanya juga makhluk sosial. Begitupun aku.
"Bulan, aku minta maaf ya soal tadi. Kamu tau 'kan aku orangnya gimana?"
Kelas sudah sepi. Hanya ada kami berdua, yang lain sudah keluar kelas semua.
"Bulan?" Aku memanggil namanya ketika dia masih diam.
"Iya, aku tau kamu gimana. Tapi coba deh kamu jangan terlalu cuek sama orang, sama aku yang udah kenal lama aja kamu cuek gini apalagi sama yang lain." Bulan tersenyum padaku.
Aku mengangguk, "iya, aku coba."
"Jadi aku dimaafin 'kan?" tanyaku.
"Iya, Jihan. Aku maafin, kok." Bulan lagi-lagi tersenyum.
"Jadi menurutku, kamu terima aja tawaran Bu Lisa. Kamu juga udah sering ikut lomba kayak gitu, jadi ya gak usah ragu. Udah berpengalaman. Aku yakin bakal menang, suaramu kan udah kayak Mba Raisa, hahaha." Aku tertawa mendengar kalimat yang keluar dari mulutku. Menertawakan diriku juga yang jarang berkata panjang seperti ini.