RAHMAT MIRZANI

Dengarkan Jika Ingin Didengar

-Ilustrasi net-

KARYA NURMAYA SARI

Semua orang punya hak untuk bersuara, berpendapat, dan jangan lupa untuk mendengarkan. Aku tahu itu, tapi aku masih sering abai ketika seseorang ingin didengar. Dan aku tidak suka jika aku yang diabaikan. Egois memang.

Namaku Jihan. Ya, panggil saja Jihan. Kalian tidak perlu tahu nama lengkapku, kalian cukup tahu ceritaku yang satu ini. Semoga kalian mengerti.

Aku sedang berjalan di koridor sekolah dengan headset di telingaku. Tidak ada lagu yang kudengarkan. Hanya saja agar tidak ada yang menyapaku. Jika ada yang menyapa aku hanya perlu berpura-pura tidak mendengar. Aku terlalu malas untuk basa-basi. Jahat bukan?

"Jihan!"

Aku menoleh ketika ada yang meneriakkan namaku. Aih! Kenapa aku malah menoleh? Siapa yang memanggilku? Dia Bulan, temanku. Dia berisik sekali. Semua orang yang ada di koridor melihat ke arahku. Aku tidak suka jadi pusat perhatian.

BACA JUGA:Kecanduan Konten Dewasa Sama Halnya Ketergantungan Narkoba

"Tau gak sih aku hampir ketinggalan angkot tadi, untung supirnya nggak budek pas kupanggil." Bulan cerita dengan hebohnya setelah berhasil menyejajarkan langkahnya denganku.

"Hm." Aku berdeham menanggapinya.

Aku terus melanjutkan langkah menuju kelasku dan Bulan. Mengabaikan semua mata yang melihat ke arah kami.

"Hm doang? Gak asik banget sih." gumam Bulan.

Lagi-lagi aku mengabaikannya. Bulan pun menggerutu tidak jelas.

Kami berbelok mamasuki ruangan yang di atas pintunya bertuliskan 'Kelas XI MIPA 2' lalu duduk di bangku masing-masing.

"Jihan, nanti aku mau cerita. Nanti aja tapi, pas istirahat di kantin." Bulan berbisik di telingaku. Kami teman sebangku.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan