RAHMAT MIRZANI

Dengarkan Jika Ingin Didengar

-Ilustrasi net-

BACA JUGA:Honda Resmikan Jaringan Dealer Baru di Bandar Lampung

Aku jarang bergaul dengan teman sekelasku. Aku sulit bersosialisai dengan yang lain. Mereka juga jarang mengajakku bicara karena mereka tahu ujung-ujungnya aku hanya diam. Bulan satu-satunya teman dekatku di kelas.

Ketika di kelas, aku hanya mengeluarkan suara ketika guru mengabsen, ketika guru bertanya, ketika akan membayar uang kas pada bendahara kelas dan ketika ada teman sekelas yang mengajak bicara lebih dulu baru aku juga akan bicara. Selebihnya hanya Bulan yang agak sering kuajak bicara- dan tentunya orang tuaku di rumah. Kan tidak baik mengabaikan orang tua. Orang tuaku juga tahu dan mengerti sifatku seperti apa, karena memang ini turunan dari Ayah.

Sejujurnya aku malas mendengarkan Bulan cerita- bukan malas, lebih tepatnya aku bingung harus menanggapinya bagaimana. Dia juga suka lebay jika menceritakan sesuatu. Tapi aku meng-iya-kan saja.

"Jihan, kamu belum bayar uang kas buat minggu ini sama minggu kemarin juga." ucap bendahara kelasku- Mita.

Iya juga, aku belum membayarnya.

"Aku udah belum ya? Lupa." kata Bulan.

"Kamu tinggal minggu ini." kata Mita.

"Ini." ucapku sambil menyerahkan uang berjumlah 4.000 rupiah.

Setelah itu aku hanya diam.

***

Aku dan Bulan berjalan memasuki kantin ketika bel istirahat berbunyi satu menit yang lalu.

"Mau makan apa?" tanya Bulan.

"Aku mau beli roti sama teh botol aja deh." jawabku sambil membeli roti dan teh.

"Tumben cuma beli itu? Biasanya mi ayam atau enggak bakso." Bulan terlihat heran.

Tag
Share