RAHMAT MIRZANI

Cerita Sedih Petambak Udang Dipasena, Modal Habis Karena Gagal Panen hingga jadi Kuli upah

KIAN MEMPRIHATINKAN: Kondisi pertambakan Bumi Dipasena terkini, kapal sedot lumpur diterjunkan untuk membantu proses normalisasi. -FOTO IST -

MENGGALA- Penyakit Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) benar-benar meluluhlantakkan kondisi pertambakan di Bumi Dipasena, Kecamatan Rawajitu Timur, Tulangbawang (Tuba).

Bagaimana tidak, akibat penyakit ini para petambak setempat sering kali gagal panen. Lebih mirisnya lagi, modal para petambak pun ikut habis akibat gagal panen tersebut.

Penyakit AHPND sendiri telah menyerang wilayah pertambakan di kawasan Bumi Dipasena sejak beberapa tahun terakhir.

Akibat penyakit ini, kini kondisi tambak-tambak udang milik para petambak banyak yang kosong terbengkalai. Kondisi tersebut membuat hasil produksi budidaya udang di wilayah Bumi Dipasena terus mengalami penurunan secara drastis. 

Kegagalan budidaya akibat penyakit AHPND pun kini mulai berdampak pada kondisi perekonomian masyarakat setempat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil tambak.

Bahkan, lebih sedihnya lagi para petambak harus mencari pekerjaan tambahan untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Kini banyak petambak di wilayah Bumi Dipasena beralih profesi dan mencari mata penghasilan lain dengan menjadi kuli bangunan dan kuli upah lainnya diluar daerah mereka. 

Salah satu petambak Gede Brata (60), warga Kampung Bumi Dipasena Mulya, Kecamatan Rawajitu Timur mengatakan, akibat gagal panen karena penyakit tersebut satu tambak mereka dibiarkan terbengkalai. Gede mengungkapkan, bersama istrinya Niketut Maryati (50) mereka telah menjadi petambak sejak tahun 1994 silam. 

Sejak puluhan tahun lalu menjadi petambak, Gede merasakan perekonomian mereka sangat sulit sejak 3 tahun belakangan. Lebih sedihnya lagi, modal mereka untuk menebar benih udang dan kebutuhan lainnya habis karena gagal panen berulang kali.

Gede menjelaskan kini Ia hanya mampu menebar benih udang sebanyak 15 ribu ekor saja per tambak.  Walaupun demikian, jumlah tersebut juga masih sangat rentan terserang penyakit padahal padat penebaran sudah jauh berkurang.

Dia bercerita empat tahun lalu dirinya bisa menebar sampai 125 ribu ekor benih udang per tambak. Hasil panennya pun bisa di atas 1,5 ton.

Kondisi tersebut bukan hanya dialami oleh Gede Brata dan istrinya saja, ribuan petambak di Bumi Dipasena nyatanya juga mengalami hal serupa.

Dengan anomali kondisi yang sangat sulit tersebut, kini para petambak banyak yang beralih profesi guna menyambung hidup dan perekonomian keluarga.

Terpisah, Kepala Bidang Budidaya Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah (P3UW) Lampung Suryadi mengatakan, penurunan produksi tersebut akibat serangan penyakit AHPND sejak beberapa tahun belakangan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan