Cerita Sedih Petambak Udang Dipasena, Modal Habis Karena Gagal Panen hingga jadi Kuli upah

KIAN MEMPRIHATINKAN: Kondisi pertambakan Bumi Dipasena terkini, kapal sedot lumpur diterjunkan untuk membantu proses normalisasi. -FOTO IST -

Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri vibrio yang menyerang hepatopancreas yang berakibat pada masa hidup udang. Suryadi menjelaskan, beberapa gejalanya seperti pada hepatopancreas udang membengkak dan menyebabkan kematian dimulai dari usia 14 hari.

Kematian ini terjadi secara masif dan terus-menerus, serta menyebabkan populasi udang habis. Bakteri pada penyakit ini diketahui berkembang pesat di lumpur yang mengandung amoniak: lumpur sedimentasi ataupun sisa pakan yang tidak terurai.

Berbagai upaya telah dilakukan P3UW Lampung dalam mencari solusi kondisi sulit ini.

Seperti diantaranya yakni melakukan pengerukan lumpur pada muara pintu dam, pengerukan lumpur di saluran pasok, penggunaan probiotik dari jenis bakteri fotosintesis dan probiotik jenis lactobacillus. 

Sementara itu, Kepala Kampung Bumi Dipasena Jaya Dediyono menjelaskan, kondisi tersebut menyebabkan kesulitan pada perekonomian masyarakatnya, khususnya para petambak. 

Diterangkannya, saat ini produksi udang di wilayahnya hanya berkisar antara 5 sampai 10 ton per hari. Padahal, lanjutnya, sebelumnya bisa produksi udang dapat mencapai 80 sampai 100 ton per hari. 

Akibat kondisi sulit ini, banyak warganya terpaksa beralih profesi mencari tambahan penghasilan lain di luar wilayah pertambakan. 

"Macam-macam, ada yang terpaksa menjadi kuli upah: babat rumput di perkebunan sawit, tebang pohon tebu, dan ikat padi yang roboh," ujarnya.  Bahkan, lanjutnya, ada yang menjadi asisten rumah tangga guna menyambung hidup keluarga mereka.(nal/nca) 

 

 

Tag
Share