Pribadi Takwa, Pribadi Istimewa
Ketua Forum Daiyah Fatayat NU Lampung (Fordaf) Nur Lailatul Bisriyah, S.Ag. -Foto Ist-
Puasa yang bermakna imsak atau "menahan" tersebut secara lahiriahnya, puasa harus menjadikan seseorang mampu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami istri di siang bulan suci Ramadan.
Lalu secara batiniyah puasa membawa seseorang mampu mengajak seluruh anggota tubuhnya, fisiknya dan rohaninya untuk benar-benar berpuasa mampu menahan hawa nafsunya dari hal-hal yang tidak baik,
Kemudian, tidak berbuat maksiat, tidak berbuat dosa, tidak melakukan perbuatan apapun yang dapat mengurangi pahala atau bahkan menghilangkan pahala dan kesempurnaan ibadah puasa.
Oleh karena itu, jika kita mampu menggerakkan seluruh anggota tubuh kita baik secara lahir dan batin, Insya Allah puasa akan mendidik jiwa kita menjadi orang yang bertakwa.
Lalu siapakah yang disebut orang yang bertakwa? Siapakah yang memiliki indikator-indikator sebagai orang yang bertakwa?
Disebutkan dalam QS. Ali Imron: 134 bahwa orang yang bertakwa itu,
Pertama, gemar bersedekah. Yaitu orang-orang yang mau beredekah baik dalam keadaan lapang ataupun sempit, dalam keadaan senang ataupun susah, dalam keadaan sehat ataupun sakit, ia tetap gemar bersedekah dan ini merupakan sebuah bukti kuat akan ketakwaan seseorang. Sebagaimana dalam hadis Nabi SAW, disebutkan: "Jagalah diri kalian dari siksa api neraka walau hanya bersedekah secuil kurma." (Muttafaqun A'laih)
Kedua, orang yang mampu menahan amarahnya. Dan ketika amarahnya sedang terbakar, maka ia menahan dan tidak melampiaskannya walupun ia mampu melampiaskannya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang kuat bukanlah karena kekuatan fisiknya, akan tetapi yang disebut orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dan mengontrol jiwanya ketika sedang marah."
Ketiga, orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain. Kemampuan untuk memaafkan kesalahan orang lain tentu ini lebih tinggi lagi kedudukannya dari sebatas menahan amarah. Karena dirinya bukan hanya mampu menahan amarah, tapi juga juga mampu memaafkan kesalahan orang lain, dan sikap ini sangat tinggi kedudukannya di sisi Allah SWT.
Keempat, ketakwaan akan mendidik jiwanya memiliki rasa takut kepada Allah SWT baik dalam keadaan sepi ataupun dalam keadaan ramai. Ketika hawa nafsu mulai menguasai jiwanya, mengajaknya untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT, lalu ia segera mengingat Allah SWT dan segera bertaubat meminta ampun kepada Allah SWT.
Jadi sahabatku, inilah sifat-sifat orang yang bertakwa, yaitu orang yang gemar bersedekah, orang yang mampu menahan amarahnya, orang yang memiliki kelembutan hati untuk memaafkan kesalahan orang lain, dan orang yang memiliki rasa takut kepada Allah SWT dalam keadaan sepi ataupun ramai dia selalu mengingat Allah SWT.
Sahabat beriman.
Selanjutnya, ketakwaan tersebut akan menjadikan seseorang menjadi hamba yang istimewa di mata Allah SWT. Apa yang ia minta, apa yang ia inginkan akan selalu diijabah oleh Allah SWT.
Bahkan, Allah SWT akan memberikan nikmat-Nya sebelum hamba tersebut memintanya serta hamba tersebut di dalam hidupnya akan memiki hati yang lapang, pikiran yang tenang, langkah hidup yang mantap karena selalu dalam rida Allah SWT.
Allah SWT berjanji: "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah SWT kan menjadikan baginya jalan keluar (di setiap urusan), dan akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka olehnya."