Generasi Alfa Dekat dengan Teknologi

--

Pahami Tumbuh Kembang dan Cara Mendidiknya
GENERASI Alfa dapat dianggap sebagai keturunan dari Generasi Millenial dan sebagai generasi yang berada di bawah Generasi Z. Anggota dari generasi ini adalah individu yang dilahirkan antara 2010-2025.
Sebagian dari Anda mungkin sudah akrab dengan istilah Generasi X, Generasi Y atau Milenial, dan Generasi Z. Saat ini ada istilah yang baru digunakan untuk menyebut generasi berikutnya, yaitu Generasi Alfa.
Istilah Generasi Alfa muncul pada 2005 dan berasal dari survei yang dilakukan oleh Mark McCrindle, seorang analis dalam bidang sosial dan demografi. Menurut Strauss dan Howe dalam karyanya yang berjudul Generations: The History of America’s Future, perubahan generasi terjadi sekitar setiap dua dekade.
Karakteristik khas Generasi Alfa belum tampak jelas karena mayoritas anggota generasi ini masih berada dalam usia anak-anak. Tetapi, diperkirakan bahwa Generasi Alfa tidak akan memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan mereka menggunakan teknologi jika dibandingkan Generasi Z.
Lebih lanjut, Generasi Alfa diyakini memiliki potensi yang lebih besar untuk meraih kesuksesan di sektor digital jika dibandingkan Generasi Z.
Di sini, kami memberikan informasi mengenai ciri-ciri khas mereka, pengaruh digital pada perkembangan mereka dan teknologi mana yang akan memainkan peran penting baginya.
Ciri-Ciri Generasi Alfa
Generasi Alfa memiliki koneksi yang kuat dengan teknologi, kemandirian dalam mengelola identitas digital, preferensi visual, keahlian teknologi yang tinggi, serta keberagaman dalam selera dan pandangan dunia.
Ruang Lingkup Generasi Alfa
Generasi Alfa adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh dan berkembang dalam lingkungan di mana teknologi canggih telah ada sejak awal kelahiran mereka.
Tahun 2010 menjadi kebangkitan awal bagi munculnya Generasi Alfa, menggantikan peran Generasi Z. Mengalami masa pertumbuhan dalam era digital, di mana pengetahuan dapat diakses dengan mudah melalui satu klik. Hal ini juga akan berdampak pada cara mereka berinteraksi dengan teman sebaya sampai orang tua mereka. Anggota Generasi Alfa bergantung pada teknologi sebagai sarana untuk menjelajahi dunia. Mereka tidak mengandalkan interaksi fisik dengan rekan sebaya mereka seperti generasi sebelumnya.
Menurut riset Understanding Generation Alpha yang diselenggarakan oleh Wired Consulting, dengan evolusi teknologi, metode komunikasi yang semakin umum antara manusia dan mesin akan melibatkan kecerdasan buatan atau pengenalan suara. Penggunaan keyboard dan layar akan digantikan oleh antarmuka yang berfokus pada gerakan serta dialog antara perangkat dan manusia.
Maka dari itu, sejumlah negara telah mulai memasukkan pelajaran pemrograman komputer ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagai upaya untuk membantu siswa mengembangkan kreativitas mereka serta mampu menggunakan teknologi dalam mengatasi permasalahan.
Mendidik Anak di Zaman Digital
Tuntutan untuk bergerak lebih cepat dalam dunia ini dapat menciptakan tekanan tambahan pada anak-anak, terutama dalam hal bidang akademis.
Maka, bekerja sama dengan guru di sekolah merupakan hal penting bagi orang tua agar dapat selalu memantau perkembangan anak mereka. Berkonsultasi dengan guru juga membantu dalam merancang strategi untuk mencegah potensi masalah di masa mendatang.
Selain itu, Generasi Alfa cenderung lebih mudah terpikat oleh perangkat elektronik mereka. Karena itu, penting bagi orang tua untuk mengatur batasan waktu yang diperbolehkan bagi anak-anak saat menggunakan perangkat elektronik atau menonton televisi.    
Sebaiknya, jangan menggunakan perangkat elektronik sebagai alat untuk menenangkan anak ketika mereka merengek. Kebiasaan ini tanpa disadari dapat mengakibatkan ketergantungan anak pada perangkat elektronik.
Masalah Generasi Alfa
Ketika Generasi Alfa tumbuh dewasa, teknologi akan menjadi bagian dalam kehidupan mereka, membentuk pengalaman, sikap, dan harapan mereka terhadap dunia.
Meskipun beberapa ahli saraf dan psikolog melihat dampak positif yang signifikan, ada juga dampak negatif yang mungkin bervariasi antara individu. Seperti kurangnya konsentrasi karena terbiasa dengan penggunaan banyak layar sekaligus. Berkurangnya interaksi sosial karena aktivitas online yang mendominasi. Serta penurunan kreativitas dan imajinasi karena kurangnya penggunaan permainan fisik, semuanya berpotensi mengurangi kebahagiaan Generasi Alfa saat tumbuh dewasa.
Psikolog Jean M. Twenge juga mencatat bahwa peningkatan penggunaan ponsel pintar dan media sosial dapat berhubungan dengan peningkatan masalah kesejahteraan emosional pada remaja saat ini.
Secara singkatnya, Generasi Alfa digambarkan sebagai generasi yang sangat dipengaruhi oleh teknologi dan jejaring sosial yang baru. Mereka akan menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian dalam menghadapi perubahan politik dan ekonomi yang cepat. (jpc/ful)

Tag
Share