Kurang Inovasi, Kampus Keagamaan Bisa Tutup Sepi Peminat

SOROTI: Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyoroti keberadaan layanan pendidikan keagamaan. -- FOTO ISTIMEWA

JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyoroti keberadaan layanan pendidikan keagamaan. Menag khawatir ke depan kampus-kampus keagamaan tutup karena sepi peminat. 

Menag meminta pengelolaan kampus keagamaan terus ditingkatkan kualitasnya dengan berbagai inovasi. "Sejak awal saya masuk sampai hari ini, saya lihat masih banyak hambatan. Belum banyak kemajuan berarti," kata pria yang akrab disapa Gus Yaqut saat pembukaan Raker bersama Ditjen Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghucu di Jakarta.

Gus Yaqut meminta kepada seluruh Dirjen Bimas di Kemenag untuk memberikan perhatian serius kepada pendidikan keagamaan. Gus Yaqut mengatakan, layanan pendidikan keagamaan Islam maupun agama lainnya harus terus ditingkatkan. "Tolong dilakukan perbaikan serius pendidikan keagamaan. Karena tantangan bangsa ke depan semakin komplek dan besar," tuturnya. 

Untuk mengatasi persoalan tersebut, kata Gus Yaqut, butuh dukungan SDM yang memiliki moral kuat. ’’Pendidikan keagamaan memiliki peran penting dalam mencetak SDM dengan moral kuat. Saya terus terang masih pesimistis pada (layanan) pendidikan agama Islam. Karena secara umum masih begitu-begitu saja," jelasnya. 

Gus Yaqut memandang belum ada inovasi atau terobosan berarti dalam pengelolaan pendidikan keagamaan Islam maupun pendidikan keagamaan lainnya. Karena itu, menurut Gus Yaqut, inovasi dan terobosan itu penting. ’’Di antaranya untuk meningkatkan minat masyarakat untuk sekolah atau kuliah di lembaga pendidikan keagamaan. Saya khawatir (lembaga pendidikan keagamaan) akan tutup karena masyarakat tidak tertarik," ungkapnya.

Gus Yaqut juga mencontohkan saat ini di sejumlah kampus Universitas Islam Negeri (UIN) jurusan Ushuluddin sepi peminatnya. Sementara jurusan umum seperti Fakultas Kedokteran (FK) sangat ramai peminat, bahkan sampai menolak pelamar. "Kalau tidak ada inovasi di bidang pendidikan keagamaan, lama-lama tidak ada mahasiswanya," katanya. 

Gus Yaqut juga mengatakan guru dan dosen harus responsif dengan perkembangan pelajar saat ini. Di antaranya anak-anak sudah bisa belajar dari beragam sumber pendidikan. Bahkan, Gus Yaqut mengatakan sudah ada kecenderungan masuk ke masa guru tidak lagi jadi satu-satunya sumber belajar. (jpc/c1)

 

Tag
Share