Peningkatan Kasus DBD di Lampung Signifikan
ilustrasi DBD-ilustrasi edwin/radar lampung-
BANDARLAMPUNG - Selama kurun waktu Januari hingga 15 Februari 2024, Dinas Kesehatan (Diskes) Lampung mencatat ada 678 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Lampung. Tertinggi di Lampung Tengah dengan 182 kasus. Disusul Lampung Utara 169 kasus, Lampung Timur 54 kasus, dan Pesisir Barat 51 kasus.
Selanjutnya Mesuji 47 kasus, Waykanan 32 kasus, Pesawaran 28 kasus, Lampung Selatan 27 kasus, Metro 24 kasus, Pringsewu 21 kasus, Bandarlampung 18 kasus, Tanggamus 18 kasus, dan Tulangbawang 7 kasus. Sedangkan dua kabupaten, yaitu Lampung Barat dan Tulangbawang Barat, nihil kasus.
Kemudian akibat kasus DBD selama kurun waktu tersebut terjadi delapan kasus kematian. Yaitu dua kasus kematian di Lampung Utara, satu kasus kematian di Lampung Tengah, dua kasus kematian di Lampung Timur, dan tiga kasus kematian di Pesisir Barat.
Kepala Diskes Lampung Edwin Rusli mengatakan sejauh ini Lampung Tengah menjadi kabupaten dengan kasus DBD tertinggi di Lampung. Sedangkan, Pesisir Barat menjadi kabupaten tertinggi kasus kematian akibat DBD.
BACA JUGA:70 Persen Petani di Metro Sudah Panen, DKP3 Metro Sebut Hasilnya Bakal Bakal Melimpah
Menurutnya ada peningkatan kasus DBD di Lampung yang cukup signifikan pada Januari 2024 dibanding Januari 2023. Pada Januari 2024 ada 562 kasus DBD dan 2 kasus kematian. Sedangkan pada Januari 2023 ada 278 kasus DBD.
’’Terjadinya peningkatan tersebut dikarenakan perubahan cuaca. Seperti curah hujan yang cukup tinggi di awal tahun ini,” ujar Edwin, Minggu (18/2).
Dijelaskannya dalam upaya antisiapasi kasus DBD, Diskes Lampung telah melakukan serangkaian upaya. Mulai membuat surat edaran mengenai kewaspadaan peningkatan DBD kepada Diskes kabupaten/kota. Lalu koordinasi dalam upaya preventif dan promotif kemandirian masyarakat melalui GIRIJ (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik) dengan lintas program dan lintas sektor untuk melaksanakan PSN 3M Plus di tempat-tempat umum (TTU) dan institusi-institusi untuk mencapai ABJ ≥ 95 persen.
Selain itu, imbuhnya, penguatan surveilans dengue/DBD yang dapat dimonitor sebagai alat kewaspadaan dini terhadap peningkatan kasus serta respon cepat penanggulangan KLB; Pengendalian vektor secara terpadu baik kegiatan program yang dilaksanakan unit/sektor terlibat (pemerintah, swasta, mayarakat); Peningkatkan deteksi dini infeksi dengue di PKM dengan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) NS1 atau RDT Combo, dan logsitik lainnya seperti Larvasida, insektisida; Membentuk/merevitalisasi kembali Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Dengue di TK Kab/kota, kecamatan dan desa/kelurahan; Kegiatan penanggulangan Dengue/DBD dimasukkan dalam kegiatan perencanaan daerah dan memperkuat regulasi penanggulangan Dengue di TK kabupaten/kota, kecamatan sampai pada tingkat desa/kelurahan.
BACA JUGA:KNKT Ungkap Penyebab Tabrakan Adu Banteng Kereta Turangga Vs Baraya di Cicalengka
’’Edukasi kemasyarakatan sendiri untuk mencegah DBD ini dengan gerakan 3 M Plus,” ucapnya.
Diketahui, DBD atau penyakit dengue masih menjadi permasalahan masyarakat di Indonesian. Masih banyak daerah endemis dengue. Di mana, angka kesakitan dan kematian akibat dengue ini juga berfluktuasi dan cenderung meningkat pada musim hujan.
Dengue ini ditularkan dari vektornya nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya berkembang biak dan bertelur di air yang bersih dan menggenang.
Biasanya nyamuk bertelur di bak mandi, ember, kontainer, dan lainnya. Untuk itu perlu pencegahan dengan PSN 3M Plus melalui G1R1J.