Pelajar Tewas karena Lindungi Teman
BERDUKA: Kediaman (alm.) Gilang Ihsan Zikri (17), siswa SMK BLK yang tewas karena tawuran, di Jl. M. Azizi, Sabahbalau, Tanjungbintang, Lampung Selatan, Selasa (31/10).- FOTO M. ARIEF/RADAR LAMPUNG-
Polisi Sudah Mengamankan Beberapa Pelaku
BANDARLAMPUNG - Pihak Kepolisian Sektor (Polsek) Sukarame, Bandarlampung, telah mengamankan beberapa pelaku yang terlibat tawuran hingga menewaskan seorang pelajar SMK, Gilang Ihsan Zikri, Senin (30/10). Setidaknya Senin (30/10), kata Kapolsek Sukarame Kompol Warsito, sudah ada tiga orang yang diamankan. Menyusul Selasa (31/10) beberapa pelaku lainnya.
Sementara dari tiga pelaku yang diamankan lebih dahulu, katanya, dua di antaranya dari rekan korban yang meninggal dunia dan satu lagi dari kelompok lawannya. ’’Ya benar, semalam (kemarin malam) secara estafet sudah kami amankan beberapa," katanya, Selasa (31/10).
Salah satunya, sebut Warsito, remaja berinisial BV dari SMK 2 Mei Bandarlampung. ’’Ketiganya kini diamankan dan dimintai keterangan di Mapolsek Sukarame,” katanya.
Warsito melanjutkan bahwa pihaknya hingga kini masih melakukan pengembangan terkait kasus tersebut. Sementara, beberapa pelajar yang diamankan saat ini masih berstatus sebagai saksi. ’’Yang sudah diamankan ini sementara hanya terlibat dalam peristiwa tersebut," jelasnya.
Sementara, Gilang Ihsan Zikri (17), siswa SMK BLK yang tewas karena tawuran sudah dimakamkan di TPU Sabahbalau, Jl. Abdul Kholik 2, Selasa (31/10) sekitar pukul 10.00 WIB. Pantauan Radar Lampung di lapangan, suasana duka tampak menyelimuti prosesi pemakaman.
Karangan bunga juga tampak menghiasi depan rumah duka di Jl. M. Azizi, Sabahbalau, Tanjungbintang, Lampung Selatan, tepatnya di samping SDN 1 Sabahbalau. Para pelayat yang datang ramai, baik dari lingkungan desa, pihak kepolisian, maupun guru-guru dan teman sekolahnya.
Bahtiar, ayah kandung korban, mengatakan dirinya terakhir bertemu Senin (30/10) saat sore hari di rumahnya. Saat itu, korban pamit kepadanya untuk keluar sebentar dengan alasan menemui temannya. ’’Dia ini saya tanya mau keluar sebentar nemuin temannya, pakai kaus biasa, celana pendek, dan topi," katanya.
Korban dikatakannya sedang menjalani praktik kerja lapangan (PKL) di sebuah perusahaan di daerah Wayhalim. Hari itu diungkapkannya bahwa anaknya piket malam sehingga berada di rumah saat siang dan akan keluar pada malam hari.
Namun saat magrib, dirinya dibuat terkejut dengan kabar kematian anaknya melalui telepon dari Rumah Sakit Imanuel. Merasa tak percaya, keluarga lantas memeriksa langsung ke rumah sakit dan mendapati kebenarannya.
Bahtiar melanjutkan anaknya tersebut selama ini diketahuinya tak pernah memiliki masalah. ’’Dia enggak ada masalah, yang diomongin dia kan PKL aja," tuturnya.
Anaknya tersebut juga memang pernah terlibat keributan antarkelompok dengan remaja seusianya. Saat itu diungkapkannya bahwa anaknya sempat digelandang ke Mapolres Lampung Selatan.
Namun anaknya dikembalikan ke rumah karena permasalahannya telah berakhir dengan damai. ’’Pernah berantem, diajak tetangga. Katanya ada yang mau nyerang kami, mereka bilang gitu. Pernah dibawa ke Polres Lampung Selatan juga," terangnya.
Atas kejadian itu, Bahtiar berharap kepada pihak kepolisian dapat segera menangkap para pelaku yang merenggut nyawa anaknya tersebut. ’’Ya, kita harap pihak kepolisian dapat mengungkap para pelaku," tutupnya.
Pada kesempatan sama, Fatimah, tante Gilang, mengatakan keponakannya tersebut merupakan anak baik yang gampang bergaul sehingga memiliki banyak teman. Ia anak bungsu dari tiga bersaudara sehingga sehari-hari dipanggil dengan nama Agil (singkatan dari ragil). ’’Dia ini anak ketiga, yang bungsu," katanya.
Fatimah menjelaskan baik dirinya maupun keluarga tidak memiliki firasat apa pun sebelum mendengar kabar kematiannya. Dia sendiri kali terakhir bertemu sekitar dua hari lalu atau tepatnya Sabtu, 28 Oktober 2023.
Itulah saat terakhir dirinya berkomunikasi dengan korban yang kini telah tiada. "Terakhir dua hari lalu, ya ngobrol biasa. Tanya-tanya kabar gitu," jelasnya.
Fatimah menjelaskan bahwa memang terdapat perilaku yang tak biasa dari ibu kandung korban. Ia melihat bahwa ibu kandung korban merasa enggan beraktivitas seperti biasanya. "Tiba-tiba bilang males mau ngapa-ngapain," kata Fatimah.
Keanehan lain diungkapkan Fatimah tatkala dirinya memberi satu tandan pisang besar. Namun saat ibu kandung korban memakan pisang tersebut dirasanya hambar, katanya tak ada rasa manis.
Padahal menurut Fatimah, dirinya sendiri memakan pisang itu dirasa manis dan enak selayaknya pisang matang pada umumnya. "Anehnya kok dia ini makan pisang gak ada rasa," ungkap Fatimah.
Barulah pada saat magrib, keluarga dikejutkan dengan kabar kematian keponakannya tersebut.
Lebih jauh, Fatimah menuturkan tentang sedikit peristiwa yang merenggut nyawa keponakannya tersebut. Menurut penuturan teman korban kepada dirinya, Gilang saat itu dalam posisi melindungi temannya.
Gilang dikatakannya memasang badan untuk menghalangi lawannya mengenai temannya dengan membelakangi musuh. "Cerita temennya itu Gilang ini ngelindungi temannya. Pasang badan. Makanya yang luka bagian belakang semua," kata Fatimah.
Dilanjutkannya, kepribadian Gilang sehari-hari memang suka membela orang dekatnya. "Dia (korban) memang suka membela orangnya," tutup Fatimah. (rif/c1/rim)