BMKG: Peringatan Dini, Lampung Waspada Cuaca Ekstrem!

BMKG Lampung mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrem tiga hari ke depan. -FOTO AGUNG BUDIARTO/RADAR LAMPUNG -
BANDARLAMPUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem dalam tiga hari ke depan.
Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudy Haryanto mengatakan kondisi atmosfer saat ini menunjukkan peningkatan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang.
“Cuaca dalam tiga hari ini cukup dinamis dengan pola hujan yang merata di hampir seluruh wilayah Lampung. Kami imbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di daerah rawan banjir dan longsor,” ujarnya, Selasa (19/8/2025).
Rudy menjelaskan, secara umum angin bertiup dari timur hingga selatan dengan kecepatan 9–34 km/jam.
Suhu udara berkisar 23–33°C, sementara wilayah Lampung bagian barat cenderung lebih sejuk, yakni 21–31°C. Tingkat kelembapan udara juga cukup tinggi, mencapai 55–98 persen.
Ia menegaskan, masyarakat perlu meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi dampak cuaca ekstrem, terutama bencana hidrometeorologi.
“Waspadai potensi banjir, genangan air, tanah longsor, hingga pohon tumbang akibat angin kencang. Jangan lupa untuk selalu memantau pembaruan informasi dari BMKG,” katanya.
Dalam keterangannya juga, BMKG memprakirakan cuaca sesuai dengan klasifikasinya, untuk 20–22 Agustus 2025: Rabu (20/8): Hujan deras disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di hampir seluruh wilayah Lampung; Kamis (21/8): Kabupaten Pesawaran menjadi wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan.
Jumat (22/8): Cuaca ekstrem diprakirakan melanda Tanggamus, Lampung Utara, Lampung Tengah, dan Way Kanan.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia untuk periode 15–21 Juli 2025.
Cuaca ekstrem ini diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa bagian barat, serta wilayah tengah dan timur Indonesia.
BMKG menjelaskan bahwa cuaca ekstrem ini dipicu oleh aktivitas atmosfer yang kompleks, termasuk: Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, Mixed Rossby Gravity (MRG)
Gelombang-gelombang atmosfer tersebut memicu peningkatan konvektivitas dan pembentukan hujan, terutama di wilayah seperti Samudera Hindia barat Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Selain itu, sirkulasi siklonik yang berkembang di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera Barat dan Samudera Pasifik utara Papua juga memperkuat pembentukan zona konvergensi dan konfluensi angin, yang turut memicu dinamika atmosfer regional.