Cabai dan Daging Ayam Ras Jadi Biang Kerok Inflasi

Ilustrasi Inflasi.-- FOTO B UNIVERSE /JOANITO DE SAOJOAO
JAKARTA - Pemerintah mengungkap penyebab inflasi Indonesia mencapai 2,65% secara tahunan (year on year), sedikit lebih tinggi dari target 2,5%. Meski demikian, angka ini dinilai masih terkendali dan wajar dalam konteks ekonomi nasional.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menjelaskan, kelebihan inflasi sebesar 1% dari target bukanlah hal yang mengkhawatirkan. Menurutnya, hal ini justru bagian dari upaya menjaga keseimbangan antara produsen dan konsumen.
"Kita punya petani, nelayan, pabrik-pabrik yang juga mereka harus mendapatkan untung, tetapi masyarakat tidak berat. Jadi angka itu, 2,65% year on year," ujar Menteri Tito Karnavian di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (20/10).
Tito Karnavian menyebut, inflasi month-to-month (bulan ke bulan) dari Agustus ke September 2025 sebesar 0,21% masih berada dalam batas toleransi. "Angka 0,21% itu bisa ditoleransi," tegasnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2025, inflasi mencapai 0,21% secara bulanan dan 1,82% secara tahun kalender (year to date).
Menurut Deputi Bidang Statistik Produksi BP M. Habibullah, penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang menyumbang inflasi 0,11%.
Komoditas yang paling berkontribusi terhadap kenaikan harga adalah cabai merah, daging ayam ras. "Cabai merah dan ayam ras memberikan andil inflasi sebesar 0,13%," ujar Habibullah di Kantor BPS, Rabu (1/10). (beritasatu.com/c1)