Program MBG Bikin Harga Telur Naik!

NAIK: Harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional di Kota Bandarlampung kembali melonjak tajam.-FOTO SITI SASKIA SALAMAH -
BANDARLAMPUNG – Harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional di Kota Bandarlampung kembali melonjak. Dalam sepekan terakhir, harga komoditas protein hewani itu menembus Rp30.000 per kilogram, dari sebelumnya hanya Rp27.000 hingga Rp28.000.
Kenaikan ini langsung memukul daya beli masyarakat dan membuat pedagang kecil di pasar tradisional menjerit karena penjualan anjlok hingga setengahnya. Bahkan, lonjakan harga ini disebut imbas dari pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah dijalankan pemerintah pusat.
Seperti Di Pasar Prumnas Wayhalim, misalnya, sejumlah pedagang telur mengaku kehilangan banyak pelanggan sejak harga naik. Stok yang biasanya habis dalam hitungan jam kini menumpuk di meja dagangan.
BACA JUGA:Wakil Bupati Lamsel Buka Pasar Murah di Katibung
“Dulu bisa jual sampai ratusan kilogram per hari, sekarang paling laku 40 kilo. Banyak pelanggan ngeluh, jadi beli seperempat atau setengah kilo aja,” keluh Riki, salah satu pedagang telur.
Riki mengungkapkan, kenaikan harga ini tidak hanya membuat pembeli menurun, tetapi juga menimbulkan efek berantai pada harga kebutuhan dapur lainnya, seperti minyak goreng dan tepung.
“Kalau telur naik, otomatis bahan lain ikut-ikutan. Karena banyak warung makan ngurangi produksi, efeknya nyebar,” tambahnya.
Pedagang lain, Ulfa, juga menyebut lonjakan harga mulai terasa sejak Program MBG diluncurkan oleh pemerintah. Menurutnya, permintaan telur dari pihak penyedia makan bergizi di sekolah dan lembaga sosial meningkat tajam, sehingga stok di pasar menipis.
“Sekarang banyak telur diserap buat program itu (MBG). Peternak kirim ke pihak penyedia, bukan ke pasar. Jadi stok di kita makin sedikit, harga jadi naik,” ujarnya.
Ulfa menambahkan, kondisi ini membuat omzetnya turun drastis. “Orang rumah tangga sekarang mikir dua kali mau beli telur, padahal kebutuhan dapur kan harus jalan. Kami pedagang kecil yang kena imbasnya duluan,” keluhnya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejatinya menjadi salah satu kebijakan populis yang digadang-gadang mampu menurunkan angka stunting dan meningkatkan gizi anak sekolah. Namun, implementasinya yang dinilai tanpa koordinasi rantai pasok membuat efek pada harga bahan pokok.
Kenaikan permintaan telur secara nasional, akibat program ini tidak diimbangi dengan pengendalian distribusi dari peternak ke pasar tradisional. Alhasil, mekanisme pasar dibiarkan bekerja liar, peternak cenderung menjual ke pembeli besar dengan margin lebih tinggi, sementara pedagang pasar tradisional kehabisan stok.
Pantauan di sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Wayhalim, Tamin, dan Pasar Kangkung menunjukkan pola serupa, seperti pembeli mengeluh, pedagang kehilangan omzet, sementara harga terus merangkak naik.
Bahkan, beberapa pedagang khawatir, jika tren ini berlanjut hingga akhir bulan, harga telur bisa menembus Rp32.000 per kilogram, terutama menjelang akhir tahun ketika kebutuhan konsumsi meningkat. (sas/c1/yud)