Lampung Hanya Dapat Tambahan Kuota Solar 1,47 persen, Kinerja Dinas ESDM Dipertanyakan

Pemprov Lampung hanya mendapat tambahan kuota biosolar 11.505 kl dari BPH Migas, jauh di bawah usulan 70 ribu kl. -FOTO DOK. RADAR LAMPUNG -

“Kami akan rutin koordinasi dengan Pertamina dan memantau realisasi penyaluran, termasuk kondisi di lapangan. Sekarang kami ingin per minggu, supaya lebih cepat mengantisipasi kendala,” ujarnya.

Sopian berharap tambahan kuota ini bisa membantu mengurai antrean panjang di sejumlah SPBU. “Mudah-mudahan dengan tambahan ini, keluhan masyarakat bisa berkurang. Tapi kalau masih kurang, tentu akan kami koordinasikan lagi dengan pusat,” pungkasnya.

Diketahui, penyaluran solar di Provinsi Lampung pada September 2025 tercatat 66.352 KL, dengan total penyaluran Januari–September mencapai 576.188 KL. Persentase penyaluran pada September mencapai 98,85 persen, atau 72,86 persen dari kuota tahunan. Setelah adanya tambahan 11.505 KL, total kuota Bio Solar Lampung menjadi 790.765 KL.

Diketahui Antrean panjang truk di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Bandarlampung masih terjadi. Kondisi ini membuat para sopir angkutan barang mengeluh karena setiap hari harus mengantre berjam-jam untuk mendapatkan solar.

Pantauan di Jalan Yos Sudarso, Waylunik, Kecamatan Panjang, terlihat puluhan truk mengular hingga sekitar satu kilometer untuk mengisi solar di SPBU Waylunik.

Para sopir mengaku rela menunggu hingga lima jam, bahkan ada yang sudah datang sejak subuh demi mendapatkan solar. Selain menghambat pengiriman barang karena tidak sesuai jadwal, antrean panjang ini juga berdampak pada berkurangnya uang jalan yang mereka terima.

Angga, salah satu sopir truk asal Kabupaten Mesuji, mengaku kesulitan mendapatkan solar dalam beberapa pekan terakhir. ’’Setiap hari pasti antre panjang. Kadang bisa lima jam baru dapat giliran. Kalau telat, bisa enggak dapat sama sekali,” keluhnya.

Hal senada disampaikan Roni, sopir truk lainnya. Ia berharap pemerintah segera mencari solusi agar kelangkaan solar dapat diatasi.

“Kami cuma ingin solar lancar saja, biar nggak harus buang waktu di antrean setiap hari,” ujarnya.

Kelangkaan solar ini diduga terjadi karena terbatasnya kuota BBM bersubsidi di SPBU, sementara kebutuhan solar untuk kendaraan niaga di Lampung terus meningkat setiap bulannya. Para sopir berharap pemerintah segera menambah pasokan agar antrean panjang tak lagi terjadi.

Sebelumnya, Antrean panjang kendaraan di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Lampung beberapa pekan terakhir menjadi sorotan masyarakat. Kondisi ini dipicu meningkatnya konsumsi solar subsidi sejak Juli 2025.

Kabid Energi Dinas ESDM Lampung Sopan Sopian Atiek menjelaskan kebutuhan solar terus melonjak. Pada Juli, kebutuhan bertambah sekitar 5.000 kiloliter (kl). 

Kemudian Agustus naik lagi menjadi 9.000–10.000 kl dan September diperkirakan minimal 10.000 kl.

’’Peningkatan ini seiring semakin aktifnya kegiatan ekonomi masyarakat, khususnya sektor transportasi. Kami bersama Pertamina sudah menambah pasokan sesuai kebutuhan di lapangan,” ujar Sopian Atiek, Senin (22/9).

Dari hasil pengecekan di delapan kabupaten/kota, sejumlah SPBU kewalahan memenuhi kebutuhan konsumen karena jatah pasokan terbatas. Ada SPBU yang hanya menerima 8–16 kl per hari, sehingga stok langsung habis pada siang hari.

Tag
Share