Menuju 2034, Listrik Lampung Melimpah

Radar Lampung Baca Koran--
BANDARLAMPUNG - Lampung kini boleh berbangga. Dengan cadangan listrik mencapai 295 megawatt (MW) atau sekitar 18,7 persen dari total daya mampu, provinsi paling selatan di Sumatera ini sedang berada dalam masa surplus energi.
Menurut Kabid Energi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Lampung Sopan Sopian Atiek, total kapasitas pembangkit listrik di Lampung mencapai 879,47 MW.
BACA JUGA:Meski Berizin, LPL Belum Aman
Dari jumlah itu, energi non-EBT (batu bara, gas alam, dan biodiesel) masih mendominasi sebesar 54 persen. Sementara energi baru terbarukan (EBT) menyumbang 46 persen.
’’Lampung juga mendapat tambahan pasokan dari Sumatera Selatan sekitar 700 MW, lewat tiga jalur transmisi utama, yakni Muara Enim–Gumawang, Bukit Asam–Baturaja, dan SUTET 275 kV Gumawang,” jelas Sopian, Selasa (14/10).
Jika digabung, total daya mampu Lampung mencapai 1.579,47 MW, sementara beban puncak per Februari 2025 baru 1.282,60 MW.
“Masih ada sisa sekitar 295 MW. Kondisi ini cukup aman untuk beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Namun, aman bukan berarti tenang. Dalam proyeksi 2034, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 4,29 persen per tahun, Lampung akan menghadapi beban puncak hingga 1.750 MW.
Pemerintah bersama PLN dan swasta menyiapkan tambahan kapasitas pembangkit baru 1.737,4 MW untuk menghadapi lonjakan itu.
Semua langkah ini tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034 yang disahkan Menteri ESDM pada 2024.
“Kalau target di RUPTL tercapai, Lampung bisa swasembada listrik pada akhir 2033 atau 2034,” tegas Sopian.
Pemerintah terus mendorong peran pembangkit swasta (IPP). Sebagian listrik mereka dijual ke PLN, sebagian lagi digunakan sendiri. Tapi para pelaku usaha menilai, kepastian hukum dan tarif jual beli listrik EBT masih menjadi kendala klasik yang menghambat percepatan investasi.
“Semua proyek pembangkit, termasuk swasta, wajib mengacu pada RUPTL. Namun implementasinya masih lambat di lapangan,” ungkap Sopian.
Menurutnya, Lampung sedang menuju era baru yakni era energi berlimpah. Tapi pekerjaan rumah masih panjang memastikan listrik bukan hanya soal jumlah megawatt, melainkan keadilan energi yakn i setiap rumah, sekolah, dan pabrik kecil di pelosok pun berhak menikmati terang. (pip/c1/yud)