Lampung Punya 13 Titik Panas Bumi, Baru Ulubelu yang Sudah Dimanfaatkan

Kepala Bidang Perencanaan Infrastruktur dan Kewilayahan Bappeda Lampung Endang Wahyuni -FOTO IST -

BANDARLAMPUNG - Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung mengungkapkan bahwa provinsi ini memiliki 13 titik sumber panas bumi (hotspot) yang berpotensi besar mendukung pengembangan energi baru terbarukan (EBT).

“Lampung memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. Dari 13 lokasi panas bumi, baru satu yang sudah termanfaatkan, yaitu di Ulubelu, Kabupaten Tanggamus,” ujar Kepala Bidang Perencanaan Infrastruktur dan Kewilayahan Bappeda Lampung, Endang Wahyuni, di Bandarlampung, Kamis (3/10).

Menurut Endang, pemanfaatan panas bumi di Ulubelu sudah mencapai 260 megawatt, meningkat dari sebelumnya 220 megawatt setelah ada tambahan 40 megawatt.

Saat ini terdapat empat Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) di Lampung, yakni Ulubelu, Rajabasa, Way Ratai, dan Danau Ranau. Namun, sebagian besar belum bisa dimanfaatkan optimal karena masih terkendala regulasi maupun faktor sosial.

“Potensi di Rajabasa sudah lama diketahui, tetapi implementasinya terhambat karena masalah kebijakan dan adanya penolakan masyarakat sekitar. Risiko lingkungan juga menjadi tantangan tersendiri,” jelasnya.

Secara keseluruhan, potensi energi panas bumi di Lampung diperkirakan mencapai 1.243 megawatt dengan cadangan hingga 1.339 megawatt. Selain itu, terdapat satu wilayah penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi (WPSE) di Sekincau Selatan yang saat ini masih dalam tahap awal.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mulai mengambil langkah antisipatif menghadapi musim kemarau tahun 2025.

Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk sebagian Provinsi Lampung, diperkirakan mulai memasuki musim kemarau pada April hingga Juni mendatang.

BMKG memperkirakan musim kemarau dimulai bertahap, dimulai pada dasarian (periode 10 hari) ketiga bulan April hingga dasarian kedua Mei.

Wilayah yang akan terdampak lebih awal mencakup sebagian kecil Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan sebagian Lampung.

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Lampung Yanyan Ruchyansyah menyatakan meskipun belum ada instruksi khusus dari pusat terkait penanganan kemarau, pihaknya telah mulai melakukan persiapan.

Fokus utama adalah mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap meningkat saat musim kemarau tiba.

’’Kami sudah meminta Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Prediksi kemarau dari BMKG dimulai Juni hingga Juli, sehingga patroli harus lebih diintensifkan,” ujar Yanyan kepada Radar Lampung, Senin (28/4).

Yanyan menambahkan salah satu wilayah yang menjadi perhatian khusus adalah kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi titik rawan karhutla. Ia memastikan bahwa TNWK telah memiliki Satuan Tugas (Satgas) khusus dan personel yang siap bertugas.

Tag
Share