Korban Keracunan Program MBG di Lampung Terus Bertambah, Prabowo Sebut Buka Posko Pengaduan

LBH Bandarlampung membuka posko pengaduan untuk korban keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang jumlahnya terus bertambah di Lampung. -FOTO IST -
Ia menjelaskan, dapur penyedia MBG kerap menerima beban hingga 3.000 porsi lebih untuk sekali distribusi. Kondisi tersebut dinilai rawan karena waktu mobilisasi dari dapur ke sekolah cukup panjang, sementara standar penyimpanan makanan seringkali tidak terpenuhi.
“Sebetulnya masalah krusialnya ada di sini. Kuota yang terlalu besar membuat kualitas makanan terancam, dan inilah yang diduga menyebabkan kasus keracunan,” jelasnya.
Atas temuan tersebut, Jihan menegaskan pihaknya akan menyampaikan rekomendasi ke Badan Gizi Nasional selaku Satgas Pusat MBG. Salah satunya, meminta agar kuota penerima di tiap dapur dikurangi guna meringankan beban penyedia makanan dan menjaga kualitas hidangan.
“Kita akan sampaikan ke Satgas pusat MBG, apakah bisa dievaluasi kuotanya, agar dapur tidak terbebani. Dengan begitu, kualitas dan keamanan makanan bisa lebih terjamin,” tegasnya.
Sebelumnya, Satgas MBG Lampung mencatat beberapa kasus keracunan siswa di sejumlah kabupaten/kota sejak Agustus 2025. Pemerintah Provinsi menekankan bahwa evaluasi ini penting demi keberlangsungan program sekaligus menjaga keselamatan siswa penerima manfaat.
Satgas MBG Provinsi Lampung mencatat lima kasus keracunan makanan dan satu makanan basi yang terjadi di lima kabupaten/kota selama Agustus hingga September 2025.
Ketua Satgas sekaligus Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Transmigrasi (PMDT) Lampung, Saipul, mengatakan, laporan kasus tersebut disampaikan berjenjang dari kabupaten/kota kepada provinsi sesuai arahan Gubernur Lampung.
“Sejauh ini kami baru menerima laporan enam kasus dengan siswa yang keracunan sebanyak 572 orang. Rinciannya, Tanggamus pada 4 Agustus sebanyak 14 siswa, Lampung Timur pada 26 Agustus sebanyak 27 siswa, Bandar Lampung pada 29 Agustus sebanyak 503 siswa, Lampung Utara pada 29 Agustus sebanyak 16 siswa, serta Metro pada 4 September sebanyak 12 siswa. Juga di Metro kembali terjadi pada 15 September makanan basi,” ujar Saipul saat dihubungi Radar Lampung, Kamis 25 September 2026.
Menindaklanjuti kasus tersebut, Satgas MBG Lampung bersama satgas kabupaten/kota mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara operasional sejumlah Sentra Penyediaan Pangan Gotong Royong (SPPG).
“Dari kasus-kasus ini ada daerah-daerah nya SPPG nya oleh SPPI atau penanggung jawab dapurnya di berhentikan dulu. Dan memang sudah koordinasi dengan satgas kabupaten kotanya untuk memberhentikan dulu sampai mereka menata kembali tata laksana pengelolaan SPPG-nya,” ungkapnya.
“Koordinasi juga sudah dilakukan dengan satgas kabupaten/kota agar penanggung jawab dapur melakukan evaluasi dan penataan kembali tata laksana pengelolaan SPPG. Jika sudah sesuai prosedur, SPPI baru membolehkan mereka beroperasi kembali,” sambungnya.
Saipul menegaskan langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk komitmen Pemprov Lampung dalam memastikan keamanan dan kualitas makanan bergizi gratis bagi para siswa. (mel/pip/c1/abd)