KEK Indonesia Tertinggal Jauh dari Malaysia dan Vietnam

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal.--FOTO ISTIMEWA

JAKARTA – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Vietnam. Dari sisi capaian investasi dan luasan wilayah, KEK Indonesia kalah saing.

Dewan Nasional KEK melaporkan realisasi investasi di 25 KEK Indonesia secara kumulatif hingga semester I-2025 tercatat sebesar Rp294,4 triliun dengan tingkat penyerapan tenaga kerja sebanyak 187.376 orang.

 

Angka realisasi investasi KEK Indonesia kalah dari Malaysia sebesar USD57,18 miliar atau setara Rp942,45 triliun (kurs Rp16.480 per dolar AS) dan Vietnam USD268,6 juta yang setara Rp4,42 kuadriliun.

 

Dari sisi luasan lahan, Indonesia baru memiliki lahan KEK 23.797 hektare (ha). Luasan tersebut sangat kecil jika dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (2,14 juta ha), Vietnam (1,62 juta ha), dan Thailand (622.000 ha).

 

Menurut Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Dewan Nasional KEK Susiwijono Moegiarso, pengembangan KEK di Indonesia memang belum begitu optimal. Misalnya, utilisasi dari luas lahan KEK hampir 24.000 ha, utilisasinya masih belum 100%.

 

"Yang paling tinggi itu KEK Kendal dari 1.000 ha utilisasi sudah sekitar di atas 95%. Namun, KEK Gresik dari 1.720 ha mungkin baru terpakai 50%-60%," ucap Susiwijono dalam Konferensi Pers Kinerja Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Jakarta, Selasa (9/9).

 

Namun, pada lain sudut pandang, Susiwijono menilai bahwa luasan lahan KEK Indonesia yang masih kecil dan tingkat utilisasi rendah itu menyiratkan potensinya besar bagi pengembangan KEK di Indonesia.

 

Sebagai contoh, KEK Gresik berpotensi mengundang banyak investor dengan diresmikannya pabrik smelter terbesar di dunia oleh PT Freeport Indonesia.

Tag
Share